Untuk Makan Saja Susah, Keluarga Ini Bingung Ditagih Rp 137 Juta
Ia dirawat di ruang High Care Unit (HCU) RS Wahidin Sudirohusodo Makassar sejak 6 September lalu setelah mengalami kecelakaan
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Timur, Wa Ode Nurmin
TRIBUNNEWS.COM, SUNGGUMINASA - Keluarga Nurbaliah (37), seorang warga Desa Salajo, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kabupaten Gowa tampak bingung.
Nurbaliah yang masih terbaring lemah harus dihadapkan pada tagihan rumah sakit yang mencapai Rp 137 juta.
Ia dirawat di ruang High Care Unit (HCU) RS Wahidin Sudirohusodo Makassar sejak 6 September lalu setelah mengalami kecelakaan.
Keluarga pasien, Wati saat dihubungi Tribun, mengatakan pihak rumah sakit sudah mendesak agar biaya ratusan juga itu segera dibayar.
"Mau bayar bagaimana, mau makan saja kadang susah. Karena kerja hanya buruh tani. Ada ji BPJS nya, hanya pihak rumah sakit menolak karena belum ada klaim untuk dicairkan," katanya Kamis (13/10/2016).
Masuk Sebagai Pasien Umum
Wati mengakui Nurbaliah yang awalnya kecelakaan hingga mengalami pendarahan otak masuk melalui jalur umum di RSUD Padjonga Daeng Ngalle Takalar kemudian dirujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan pasien umum juga.
"Tidak terdaftar memang di BPJS. Karena dia punya Jamkesda ji. Setelah pi masuk Wahidin baru dia urus BPJS di Takalar. Itu saja harus cari pinjaman buat dapat kartu BPJS. Setelah aktif tanggal 23 September, ternyata tidak bisa digunakan. Alasan rumah sakit pasien yang diklaim BPJS itu harus masuk melalui UGD dengan kartu yang sudah aktif. Baru ini awalnya masuk sebagai pasien umum ji. Kalau mau dapat klaim lagi harus keluar dulu. Baru ini bagaimana mau keluar, itu saja tidak bisa lepas dari selang. Kalau lepas, lepas mi juga nyawanya mungkin," katanya lagi.
Bahkan pihak rumah sakit sudah beberapa kali menghubungi keluarga untuk melunasi.
"Bahkan sampai di bentak-bentak kasihan. Sudah mi saya minta tolong juga dikasi permudah karena dimana mau ambil uang. Tapi tetap juga tidak bisa. Beberapa kali mi ini ditelepon terus minta dana pembayaran," katanya.
Apalagi saat ini kondisi pasien masih harus mendapatkan tindakan operasi lagi.
"Soalnya tenggorokan nya masih dipasangi selang untuk bernafas. Mukanya remuk, pipi dan tulang hidung juga. Ini saja beli obat harus pinjam sama orang. Apalagi harga obatnya yang sampai Rp 1 juta perminggu," lanjutnya.
Harapkan Bantuan
Melihat kondisi perekonomian keluarga, rasanya hal sangat berat bahkan nyaris mustahil untuk mendapatkan uang hingga ratusan juta rupiah.
Oleh karenanya, Wati berharap kepada pihak Pemerintah Kabupaten Gowa bisa memberikan bantuan untuk meringankan beban biaya rumah sakit.
"Kalau bisa ditolong kasihan. Karena kemarin kan pak bupati juga siap membayarkan biaya rumah sakit warganya yang hendak jual bayinya. Biar lah setengah saja," harap Wati.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.