Filosofi di Balik Petik Laut, Tradisi Nelayan Muncar Sejak Lama
Tradisi Petik Laut para nelayan Muncar setiap pertengahan bulan Syura memiliki filosofi mendalam. Begini penjelasannya.
Editor: Y Gustaman
"Kepala kambing mengibaratkan manusia dalam bekerja tak hanya menggunakan tangan dan kaki, tetapi menggunakan otak sehingga lebih berhati-hati dibarengi mata hati," beber Hasan.
Satu hari sebelum sesaji dilarung, dilakukan upacara ider bumi atau putar bumi menjelang pukul 14.00 WIB. Gitik yang sudah dipenuhi sesaji tersebut dibawa keliling Muncar hingga sore hari.
Usai dibawa keliling, gitik dikembalikan lagi ke tempat semula untuk persiapan larung keesokan harinya.
Sebelum dilarung, pada Sabtu (15/10/2016) malam usai salat Magrib, warga melakukan ruwatan atau tirakatan dengan mengadakan doa bersama dan macapatan.
Dalam macapatan ini warga membaca dan melagukan syair-syair doa dari kitab suci yang mengkisahkan Nabi Yusuf, Nabi Sulaiman, hingga pagi.
Selanjutnya pada Minggu, tepat pukul 06.00 WIB, warga mengarak gitik yang istilahnya kirab sesaji menuju TPI Muncar untuk melarungnya ke tengah samudra.
Satu hari sebelum pelaksanaan Petik Laut Muncar, Banyuwangi Festival juga akan menghadirkan Fish Market Festival di lokasi yang sama pada Sabtu pekan ini.
Festival akan diisi beragam acara, mulai bakar ikan massal oleh ribuan warga Muncar, hingga digelar pameran ikan segar, ikan hias, budidaya air tawar dan produk olahan hasil perikanan dan kelautan.
Wisatawan yang hadir dapat berbelanja hasil-hasil perikanan dan kelautan yang dijual warga dalam event yang dipastikan menghibur.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.