GKBRAY A Paku Alam X: Langenastran Bisa Ditiru Kampung-kampung di Yogyakarta
Kampung-kampung di Yogyakarta didorong mengikuti jejak Langenastran yang mendeklarasikan diri sebagai Kampung Wisata Budaya.
Editor: Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Kampung-kampung di Yogyakarta didorong mengikuti jejak Langenastran yang mendeklarasikan diri sebagai Kampung Wisata Budaya, berdasarkan inisiatif masyarakatnya dengan menyelenggarakan festival-festival budaya berbasis pada kearifan lokal.
Dengan cara seperti ini, potensi budaya dan ekonomi kreatif di masing-masing kampung dapat diangkat sebagai obyek wisata yang dapat ditawarkan kepada wisatawan domestik dan mancanegara.
Demikian ditegaskan istri Wakil Gubernur DIY, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAY) Adipati Paku Alam X dalam pidato peresmian festival "Batik&Bathok Night” di NDalem Darajaten, Kampung Langenastran, Yogyakarta, Sabtu (15/10/2016).
Baca: Menikmati Batik-batik Bersejarah di Batik and Batok Night 2016
GKBRAY A Paku Alam X (kebaya ungu) melihat-lihat koleksi batik bersama GBRAY Murdo Kusumo, kakak kandung Sri Sultan Hamengkubuwono X (tengah berkacamata) dan Ibu Purnomo Yusgiantoro (batik hitam putih) dan Dr Ida Darajati (berkerudung merah) di festival Batik&Batok Night 2016 di Kampung Wisata Budaya Langenastran, Yogyakarta, Sabtu (15/10/2016). DOKUMENTASI PANITIA FESTIVAL BATIK&BATOK NIGHT
Pembukaan acara ditandai dengan guratan motif batik oleh GKBRAY A Paku Alam X. Selain masyarakat setempat acara turut dihadiri berbagai tamu dari Jerman, Kanada, Pangkalan Bun (Kalimantan Tengah), Malang dan juga mantan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro beserta istri, mantan Wakil KSAD Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri, Wakil Wali Kota Yogyakarta Imam Priyono, dan Wakil Ketua Badan Advokasi Hukum (BAHU) DPP Partai NasDem Hermawi Taslim, dan Kepala Pengelola Pusat Perbelanjaan Beringharjo, Gunawan Nugroho Utomo.
"Saya bangga dengan kampung wisata budaya Langenastran, yang melakukan gerakan pelestarian warisan leluhur baik melalui upaya mereka sendiri. Pemerintah sama sekali tidak memberikan bantuan apa pun atas penyelenggaraan festival Batik&Batok Night ini," ujar GKBRAY A Paku Alam X dalam rilis yang diterima Tribunnews.com, Senin (17/10/2016).
"Namun acara yang sangat meriah ini terselenggara karena kreativas masyarakatnya. Langenastran memang luar biasa. Saya mendorong kampung lain di Yogyakarta mengikuti jejak Langenastran."
Keterkejutan tentang penyelenggaraan festival Batik&Bathok Night di Langenastran juga diungkapkan oleh Purnomo Yusgiantoro. Ia mengungkapkan, dalam bayangannya festival tersebut seperti bazar batik dan kuliner yang memenuhi Jalan Langenastran. Bayangan itu tertepis ketika melihat suasana festival profesional sepanjang Jalan Langenastran Lor.
"Ini bukan sekedar bazar tetapi benar-benar festival yang mengagumkan apalagi diselenggarakan hanya oleh sebuah Kampung. Saya sungguh terpesona dan akan mengajak Langenastran dalam berbagai pameran batik internasional. Semangat berkebudayaan tersebut harus menjadi contoh bagi masyarakat di daerah lain,” ujar Purnomo, pendiri Yayasan Purnomo Yusgiantoro yang bergerak di bidang budaya.
Sementara Kiki Syahnakri mengatakan, potensi budaya yang berangkat dari kekuatan nilai-nilai lokal adalah cara yang paling ampuh untuk melawan kekuatan asing yang ingin menghancurkannya.
Mantan Menetri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, AM Putut Prabantoro (panitia) Mantan Wakil KSAD Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri (berkumis), GKBRAY A Paku Alam X, Dr Ida Darajati (panitia), dan Ibu Purnomo Yusgiantoro (batik hitam putih), saat menyaksikan tarian Gemu Fa Mi Re dari Maumere dari Sanggar Kinanti Sekar di festival Batik&Batok; Night 2016 di Kampung Wisata Budaya Langenastran, Yogyakarta, Sabtu (15/10/2016). DOKUMENTASI PANITIA FESTIVAL BATIK&BATOK; NIGHT
Apa yang dilakukan oleh Langenastran, demikian Kiki menjelaskan, menjadi contoh dari berbagai kampung di Indonesia untuk membangun jati diri Indonesia. Di akhir Sambutannya, Kiki menyatakan kekagumannya dengan yang dilakukan kampung Langenastran dalam memelihara budaya lokal.
Dalam sambutannya, Ketua Penyelenggaran Festival Batik&Bathok Night, KRT Radya Wisraya Sumartoyo, mengatakan Yogyakarta menyimpan berbagai potensi yang mampu mendukung gelar Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia.
Dengan festival bulanan ini, Paguyuban Masyarakat Kampung Langenastran secara bertahap namun pasti akan membangkitkan kekuatan ekonomi kreatif termasuk kuliner tradisional di daerahnya.
Acara Batik&Batok Night sangat meriah dan profesional untuk ukuran sebuah Kampung yang baru sebulan mendeklarasikan diri sebagai Kampung Wisata Budaya.
Selain menyaksikan pameran batik koleksi Kadipaten Pakualaman dan Kraton Yogyakarta, para tamu disungguhi tari Gemu Fa Mi Re asal Maumere yang dipersembahkan oleh Sanggar Kinanti Sekar, Yogyakarta dan Bregada Jemparingan (prajurit panahan) Langenastro. Acara ditutup dengan santap malam bersama untuk para tamu di bangsal nDalem Madukusuman.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.