Muasal Kampung Servis di Tepi Waduk Jatiluhur, Begini Ceritanya
Ada Kampung Servis di tepi bendungam Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta. Begini muasal namanya.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, PURWAKARTA - Angin kencang di perairan Waduk Jatiluhur tepatnya di Kampung Servis, Desa Jatimekar, Kecamatan, Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, tak menyurutkan H Nurhamad (80) untuk mengantar para pecinta mancing untuk ke tengah danau.
Di kampung ini, puluhan pemilik perahu menawarkan jasa transportasi air. Sekadar memancing ke tengah danau hingga mengantar warga ke sejumlah desa di seberang.
Kampung ini sekaligus saksi bisu panjangnya pembangunan Bendungan Ir H Juanda yang diprakarsai Presiden RI Soekarno. Disebut Kampung Servis merujuk bahasa Inggris: service. Sejak era 1960-an saat bendungan mulai dibangun, hingga kini kampung tersebut dikenal sebagai Kampung Servis.
"Karena di kampung ini dulunya semacam tempat atau bengkel perbaikan alat-alat berat yang digunakan saat pembangunan bendungan," ujar H Nurhamad kepada Tribun Jabar, Sabtu (15/10/2016).
Tokoh setempat, H Adeng (65), mengatakan hal senada. Sebagai tempat perbengkelan alat berat, kampung ini memanjang dari tempat yang kini dijadikan tempat wisata air hingga ke kampungnya.
"Jalannya juga lebar. Alat-alat berat ini mengangkut batu dari gunung untuk membangun sejumlah bendungan, di antaranya Bendungan Paranggombong," ujar H Adeng.
Nurhamad masih ingat. Kendaraan-kendaraan berat itu didatangkan dari Perancis, negara yang digandeng pemerintah saat itu untuk membangun bendungan raksasa di Jawa Barat.
"Ban kendaraan alat beratnya itu besar-besar, lebih dari tiga meter tingginya. Kendaraan itu setiap hari mengambil batu hasil meledakkan sebagian gunung di kawasan Plered," ujar Nurhamad.
Di zamannya, kampung ini memiliki akses menuju Plered dan Sukatani yang dikenal memiliki banyak gunung batu. Namun, jalan itu kini sudah hilang terendam air bendungan.
"Karena jaraknya jauh, seringkali alat-alat berat itu rusak. Maka di kampung inilah alat-alat berat itu diperbaiki dengan menghadirkan mekanik-mekanik dari Perancis," H Adeng menimpali.
Hanya saja, bangunan-bangunan perbengkelan di kampung itu kini sudah tidak ada, entah raib ke mana. "Sudah tidak ada sekarang mah," ujar Nurhamad.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.