Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Anak-anak Suku Anak Dalam Jambi Berjuang Melawan Penyakit

Hepatitis, ISPA dan demam. Tiga penyakit ini kerap menjangkiti warga Suku Anak Dalam yang tinggal di dalam Taman Nasional Bukit Dua Belas.

Penulis: Dedi Nurdin
Editor: Y Gustaman
zoom-in Anak-anak Suku Anak Dalam Jambi Berjuang Melawan Penyakit
Tribun Jambi/Dedi Nurdin
Besilo menggendong anaknya, Merayo Sanggul, yang kerap rewel. Sudah empat hari bayi warga Suku Anak Dalam ini dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher, Jambi. Foto diambil pada Senin (17/10/2016). TRIBUN JAMBI/DEDI NURDIN 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Tak kunjung membaik kondisi Merayo Sanggul, bayi berusia sembilan bulan meski sudah empat hari menjalani perawatan.

Anak seorang warga Suku Anak Dalam ini masih terlihat rewel ketika melihat orang asing yang mendekatinya, Senin (17/10/2016) siang. Silih berganti Merayo di gendongan ibu dan ayahnya, Besilo.

Kondisi tubuhnya memprihatinkan. Kulit luarnya mengelupas seperti terkena luka bakar. Kata dokter, Merayo mengidap Sindrom Stevens-Johnson. Sementara ia masih dalam pengawasan dokter Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher, Jambi.

Penyakit yang diderita Merayo terbilang cukup langka dan baru pertama ditemukan di kalangan anak-anak Suku Anak Dalam.

Sudah sejak lahir Merayo menderita penyakit kulit yang disebabkan oleh alergi atau infeksi, nama lain Sindrom Stevens-Johnson. Orangtuanya baru mengetahui penyakit Merayo ketika berusia satu bulan.

"Tadi disangka demam biasa. Maka obatnya cuma pakai ramuan adat, tapi tidak ada perubahan," Besilo membagi cerita kondisi anaknya kepada Tribun Jambi.

Berita Rekomendasi

Merayo merupakan anak kedua Besilo dan istrinya. Batital, anak pertama mereka, kondisinya cukup baik dan saat ini sudah berusia sekitar lima tahun.

Besilo merupakan anggota Suku Anak Dalam dari Desa Sungai Terap, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.

Selama ini Suku Anak Dalam hidup berkelompok dan tinggal di pedalaman Taman Nasional Bukit Duabelas yang terbagi dalam empat kabupaten, yakni Batanghari, Sarolangun, Bungotebo dan Merangin. Taman ini persis berada di tengah-tengah Jambi.

Anak-anak Suku Anak Dalam yang tinggal di dalam rimba, diakui Besilo, cukup rentan terkena penyakit. Semisal, demam, heptitis dan infeksi saluran pernapasan akut. Penyakit ini langganan warga Suku Anak Dalam.

Minimnya pengetahuan mereka tentang penyakit-penyakit ini membuat kondisi kesehatan warga Suku Anak Dalam yang terjangkit kian memburuk.

Rusli, fasilitator kesehatan dari Komunitas Konservasi Indonesia WARSI Jambi, mengatakan hasil penelitian pada 2015 lalu, sekitar 30 warga Suku Anak Dalam mengidap hepatitis.

Kondisi ini terkadang sulit terdeteksi karena selama ini warga Suku Anak Dalam tinggal di pedalaman hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas, hidup selalu berpindah-pindah, sehingga sulit terkontrol.

"Di beberapa kelompok WARSI bersama tim kesehatan dari pemerintah kabupaten sudah melakukan imunisasi hepatitis untuk menekan angka penderita," cerita Rusli.

Sementara ISPA paling mudah menjangkiti anak-anak. Tahun ini saja sudah ada beberapa warga Suku Anak Dalam yang dilarikan ke rumah sakit karena penyakit hepatitis dan ISPA.

"Anak-anak sudah dua orang, kemarin satu yang terjangkit malaria dan satu lagi ya Merayo ini," beber Rusli sambil menunjuk putri Beliso.

Sumber: Tribun Jambi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas