Mirip Flintstone, Kakek di Kulonprogo Ini Tinggal di Rumah Batu
Menjalani usia senja dengan keluarga merupakan hal yang begitu diidam-idamkan. Namun, tidak demikian dengan Yatiman.
Editor: Sugiyarto
"Le numpuk watu didongkel (menumpuk batu dari batu yang dicongkel). Durung diitung rampung, calonnya dikerjakan lagi dan dilepo," jelasnya.
Yatiman mengaku, bahwa ia membangun rumah tersebut semenjak tahun 1971. Tepatnya setelah ia pulang dari sebuah pulau di luar Jawa.
Bahkan, sebelum keluar Jawa ia mengaku pernah menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD).
Saat ditanya tentang pilihannya tinggal sebatang kara di tengah hutan, Yatiman menjawab dengan santai tanpa beban bahwa ini merupakan pilihannya.
Panas dan dinginya cuaca serta gelapnya malam dianggap hal yang biasa baginya.
"Nggih temandange ngeten niki, urip karepe dewe (ya seperti ini, hidup semaunya sendiri). Rasane kepenak turu nang gunung silir (rasanya enak tidur di gunung, sejuk)," lanjutnya.
Ia juga menyatakan tidak takut dengan ancaman binatang buas maupun hal-hal lainya. Untuk bertahan hidup, ia juga terbiasa mencari makan di hutan.
"Yo paling coro sama cecak (ya paling kecoa sama cicak)," lanjutnya.
Dianggap Terlalu Pintar
Terlepas dari apakah Yatiman menderita gangguan jiwa, sebagian warga menganggap Yatiman itu pintar.
Bahkan terlalu pintar. Namun, kepintarannya tersebut dianggap malah membuatnya bertingkah aneh.
"Sebenarnya Yatiman itu pintar," jelas Daliyem, salah seorang warga sekitar.
Daliyem pun menjelaskan bahwa Yatiman tidak pernah mengganggu tetangga.
Yatiman malah tergolong seorang yang dermawan. Ketika mendapat makanan dari hutan ia tidak segan membagikannya.