Kasus Bayi Tertukar, Darwis Polisikan RSMH karena Menolak Tes DNA
Darwis datang untuk melaporkan pihak Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) yang menyebabkan bayinya diduga tertukar dengan bayi milik Sumarni.
Penulis: Slamet Teguh Rahayu
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Sumsel, Slamet Teguh Rahayu
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Dengan raut wajah penuh kesedihan, Satifi Darwis (44), warga Desa Sungai Ondok Kecamatan Pemulutan Selatan, Kabupaten Ogan Ilir ini mendatangi Polresta Palembang.
Ia datang untuk melaporkan pihak Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) yang dianggap telah lalai dalam melakukan pelayanan, sehingga menyebabkan bayinya diduga tertukar dengan bayi milik Sumarni.
Bahkan, lebih menyedihkannya lagi, salah satu bayi yang tertukar tersebut, meninggal dunia.
"Jadi bayi yang meninggal itu katanya anak saya, padahal di gelang tangan bayi tersebut tertulis jika bayi tersebut anak dari Sumarni. Kata pihak rumah sakit itu hanya tertukar. Secara logika, gelang itu kan pas, jadi tidak mungkin bisa tertukar," katanya saat memberi keterangan di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polresta Palembang, Senin (24/10/2016).
Menurut Darwis, sebelum ia memutuskan untuk melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib, ia dan pihak RSMH telah melakukan pertemuan.
Hanya saja, saat itu Darwis mengaku belum puas dengan hasil pertemuan.
Saat itu, pihak RSMH hanya menyarankan untuk melakukan sidik jari, sementara Darwis menginginkan tes DNA bayi tersebut.
"Pihak rumah sakit menginginkan hanya sidik jari, sementara saya menginginkan tes DNA," ungkapnya.
Menurut Darwis, dengan tes DNA yang dihadiri oleh pihak RSMH dan pihak berwajib tersebut, ia hanya ingin memastikan, jika bayi tersebut tertukar atau tidak.
"Jadi harus ada pihak berwajib, biar tidak ada kesalahan lagi. Saya ini hanya ingin memastikan saja apakah bayi tersebut bayi saya atau bukan. Jika itu bukan bayi saya, saya terima," katanya.