Tidak Manusiawi, Lapas Utang Buat Makan Napi
Bahkan hal itu diperparah dengan banyaknya jumlah tahanan anak, yang masih bergabung dengan tahanan dewasa.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA -- Membeludaknya jumlah tahanan maupun warga binaan yang menghuni di rumah tahanan maupun lembaga pemasyarakatan di Kaltim dan Kaltara menjadi masalah yang hingga saat ini belum bisa diatasi.
Bahkan hal itu diperparah dengan banyaknya jumlah tahanan anak, yang masih bergabung dengan tahanan dewasa.
Overnya kapasitas di rutan dan lapas tidak diimbangi dengan jumlah tenaga pengamanan yang memadai. Di beberapa lapas petugas keamananya tidak lebih dari lima petugas.
Masalah over kapasitas tahanan pun merembet hingga kurangnya anggaran untuk memenuhi kebutuhan makanan dan kebutuhan sehari‑hari warga binaan.
Parahnya lagi, rutan maupun lapas kerap berutang terlebih dahulu kepada pihak ketiga, seperti perusahaan katering yang sehari‑hari menyediakan makan bagi para napi (warga binaan).
Hal itu dilakukan guna tetap dapat memberikan makanan layak. Belum ditambah dengan ketersediaan air bersih yang tidak dapat dinikmati seenaknya oleh tahanan maupun petugas rutan dan lapas.
Tribun mencoba menelusuri kebenaran kabar over kapasiten tempat warga binaan ini. Lapas Narkotika Klas III A yang terletak di kawasan Bayur, Samarinda menjadi lapas satu‑satunya yang dikhususkan bagi tahanan kasus narkotika, mulai kurir hingga bandar.
Kepala Lapas Narkotika klas III A Bayur, Teguh Pamudji tidak menyangkal jika memang kerap utang untuk memenuhi kebetuhan makan tahanan. Anggaran yang diterima setiap tahunnya, berkisar Rp 3 miliar tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan makan hingga akhir tahun.
"Jadi anggaran yang kami dapat, tahun ini sudah habis sejak Oktober lalu, dan bulan sisanya hingga pergantian tahun nanti, kami utang terlebih dahulu ke katering. Dan, akan dibayar pada anggaran tahun depan," tuturnya.
Kendati demikian pihaknya selalu memberikan hak‑hak tahanan dengan baik, bahkan kendati kekurangan anggaran, makanan sehari‑hari cukup layak untuk dikonsumsi dengan jumlah tidak terlalu sedikit.
Teguh menyebut menu sedarhana, yang terdiri dari variasi lauk pauk seperti telur, daging hingga sayuran dan juga nasi. Dengan rincian harga per hari satu tahanan Rp 14.700 untuk tiga kali makan.
"Untungnya kami punya dapur umum, dan kami memang masak sendiri, tapi memang kebutuhan bahan mentahnya pakai pihak ketiga, yang masak juga warga binaan dan ada juru masak. Saya pastikan tidak ada yang kekurangan makanan, walaupun anggaran untuk makan kurang," tegasnya.
Selain masalah tentang kebutuhan makanan, lapas ini juga bermasalah dengan kebutuhan air bersih. Pihak lapas harus memanfaatkan air yang terdapat dibekas lubang galian tambang, yang terdapat di belakang lapas.
Air galian tambang itu digunakan untuk kebutuhan MCK (mandi, cuci dan kakus). Sedangkan kebutuhan konsumsi, menggunakan air PDAM, yang hanya datang seminggu tiga kali.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.