Nekat Ke Malaysia Berniat Bangun Rumah di Kampung Halaman, Pulang Tak Bawa Uang
walau tanpa membekali diri dengan paspor, ia dan suaminya nekat berangkat bekerja ke Malaysia
Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK- Satu di antara Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKIB) asal Desa Berinang Mayun, Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak, Dina (23) mengisahkan, walau tanpa membekali diri dengan paspor, ia dan suaminya nekat berangkat bekerja ke Malaysia, lantaran berniat memiliki uang yang cukup untuk membangun rumah di kampung halamannya.
"Mau cari duit mau bikin rumah, tapi sudah tidak tercapai, ya sudah nasiblah," ujarnya sembari tersenyuk didampingi dua anak perempuannya bernama Rossa (5) dan Dodaling (6) serta satu anak laki-laki bernama Silman (7), Rabu (9/11/2016).
Dina mengatakan, selama bekerja sejak tahun 2006, ia bersama suaminya Irni Eggal (26) sebenarnya pernah berniat ingin pulang, namun karena keterbatasan biaya, hingga ketiga anaknya semakin besar, ia sekeluarga belum bisa pulang ke kampungnya.
"Sebenarnya mau pulang, tapi masalah duit yang disimpan, disimpan lalu dipakai lagi, jadi ndak bisa pulang. Dari tahun 2006 belum pernah pulang, baru kali ini pulang," ujar Dina yang mengenakan sendal jepit.
Oleh karena tak memiliki akta kelahiran, ketiga anaknya pun terpaksa hingga kini tak mengenyam pendidikan di Malaysia.
"Tidak sekolah, kan tidak ada surat beranak (Akta Kelahiran). Suami yang kerja, saya ngurus rumah saja," ucapnya.
Sesaat sebelum dideportasi, ia dan suaminya diminta mengisi selembar surat pernyataan. Oleh karena ia tak bisa membaca, maka ia hanya langsung menandatangani saja surat yang ternyata terkait barang bawaannya yang pernah disita pihak Imigresen saat penangkapan.
Alhasil, Dina sekeluarga tak membawa harta benda apapun dari Malaysia. Ia sekeluarga hanya membawa pakaian yang dikenakan dan tiga kantong perbekalan makan dan minum serta kebutuhan anak-anaknya saja.