Unair Gandeng Alumni Gagas RS Apung untuk Wilayah Kepulauan, Ini Konsepnya
Sistem Rumah Sakit Bergerak yang telah diterapkan pemerintah Indonesia menjadi salah satu upaya menjangkau masyarakat di wilayah terpencil
Editor: Sugiyarto
Dikatakannya, kapal untuk rumah sakit inu berukuran panjang 27 meter, lebarnya 7 meter, tingginya 2,8 sampai 3 meter.
“ Jadi ini kapal phinisi yang dibikin kapal pesiar. Ada ruang tinggal dokter juga. Hanya saja ada ruang operasi bedah umum, operasi katarak, dan ruang pulih sadar atau recovery room,”jelasnya.
Juga terdapat laboratorium sederhana, sebab keberadaan rs apung Unair ini selain pelayanan kesehatan juga mengarah pada penelitian riset bawah laut.
Untuk mencari obat baru dari potensi bawah laut.
Dengan biaya operasional yang minim, menurutnya secara ideal harus terdapat 6 dokter.
Yaitu dokter bedah, dokter anestesi,dokter obgyn,dokter mata, dokter penyakit dalam dan dokter anak.
Rektor Unair, Prof Moh Nasih menambahkan sasaran operasional RS Terapung ini sebesar Rp 5 miliar ini untuk melayani kesehatan masyarakat di kawasan DTPK dan terluar.
Yayasan yang akan memayungi operasional RS Terapung itu juga sudah berdiri, yaitu Yayasan Ksatria Medika Airlangga.
Dikatakannya, Indonesia masih menghadapi disparitas, sebab jumlah dokter di Indonesia sebenarnya sudah cukup, tetapi karena keberadaannya yang tidak merata, maka kesenjangan itulah yang masih terjadi.
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) masih 70% “ngumpul” di Jawa, dari hanya 30% di luar Jawa.
“Dari sinilah ada PR (Pekerjaan Rumah) yang harus kita perjuangankan, yaitu di bidang infrastruktur, ekonomi, dan pengembangan SDM."
"IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia memang lumayan, tetapi pada daerah DTPK kondisi IPM-nya masih memprihatinkan. Pada batas provinsi saja masih saja ada masalah, apalagi di perbatasan negara,” paparnya.