Warga Merasa Aneh Kekuatan Babi Hutan Semeter di Lereng Gunung Sumbing
Warga berpikir beribu kali mencari kayu bakar di hutan lereng Gunung Sumbing. Beberapa hari lalu, empat warga jadi korban amuk babi hutan.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Ketakutan menghinggapi warga Desa Ropoh, Kepil, Wonosobo, Jawa Tengah, setelah empat orang diserang babi hutan, satu di antaranya tewas.
Mustakim misalnya. Warga Dukuh Sipring, Desa Ropoh, ini belum berani mencari rumput atau pakan ternak ke hutan yang berada di lereng Gunung Sumbing.
Sejak peristiwa serangan babi hutan berbadan besar, ia selalu mencari teman saat hendak bepergian ke hutan. Ia tak ingin bernasib seperti Suyandi, Suranto dan Suparman yang terluka.
Sedangkan Tarmi tewas dan tubuhnya ditemukan di jalan sudut desa. Usianya yang mencapai 85 tahun begitu lemah untuk melawan babi hutan, yang belakangan menyerang menantunya, Suyandi.
"Sejak kejadian itu, warga kalau mau ke hutan harus bergerombol, enggak berani sendiri. Kami masih waspada," kata Mustakim kepada Tribun Jateng, Jumat (17/11/2016).
Suyandi terbaring di pembaringan saat ditemui Tribun Jateng di rumahnya di Desa Ropoh, Kecamatan Kepil, Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (18/11/2016). Ia satu dari empat korban amuk babi hutan saat berladang di dekat hutan. TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKKI
Bukan hanya meneror petani. Babi hutan juga menakutkan anak-anak. Sejumlah pelajar sekolah dasar di desa tersebut meliburkan diri takut diincar.
Islahudin warga Dukuh Sipring lainnya mengaku heran. Seumur hidupnya baru kali ini menjumpai babi hutan yang berani menyerang warga. Biasanya, babi hutan ketakutan dan lari jika menjumpai warga.
Islahudin melihat ketidakwajaran pada fisik babi hutan tersebut. Ia memperkirakan tinggi babi hutan yang menyerang warga setinggi satu meter dengan berat sekitar dua kuintal, bulunya hitam kemerahan.
"Jangankan babi, macan saja di hutan sini ada. Tapi kalau ketemu warga macan itu lari. Selama ini hewan-hewan itu tak pernah mengganggu warga. Baru kali ini saja," kata dia.
Warga bersama aparat kepolisian dan TNI berburu babi hutan yang meneror warga Desa Ropoh, Kecamatan Kepil, Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (18/11/2016). Beberapa hari lalu empat orang warga diserang babi hutan, satu di antaranta tewas. TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKKI
Baca: Cerita Kakek Suyandi Diserang Babi Hutan, Jempok Kakinya Putus
Ia menyaksikan kekuatan babi hutan yang dinilainya tak lazim. Saat penyerangan sejumlah warga menyaksikan dan bereaksi memukuli babi dengan batang kayu dan bambu.
Alih-alih roboh, babi hutan tetap berdiri dan bambu pemukul justru pecah. Babi hutan semakin beringas mendapat serangan warga dan menghindar mencari mangsa di lokasi lain.
"Dalam waktu kurang dari satu jam, babi itu menyerang empat warga di lokasi yang berbeda, jarak antar lokasi sekitar setengah kilometer," ia mengenang kejadian hari itu.
Setelah insiden itu, warga Desa Ropoh mendadak ramai. Hampir setiap warga keluar rumah. Dalam sekejap ratusan kepala keluarga dan pemuda desa meninggalkan pekerjaannya.
BERKABUT - Suasana Desa Ropoh, Kecamatan Kepil, kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (19/11/2016), berkabut. Halimun cepat datang di desa yang terletak di lereng Gunung Sumbing itu. TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKKI
Beberapa hari warga bergerombol, masing-masing mempersenjatai diri dengan senjata tajam berupa golok, pedang, juga tombak. Satu tujuan mereka: memburu dan membunuh babi hutan.
"Polisi dan tentara ikut membantu melakukan perburuan. Biar desa kembali aman," kata dia.
Selama proses perburuan ratusan warga bersama aparat polisi dan TNI berpencar menyisir hutan. Desa Ropoh berbatasan langsung dengan hutan dan pegunungan kecil yang berbatasan dengan Kabupaten Magelang.
Setelah sepuluh hari perburuan, babi hutan yang disasar tak pernah mereka temukan. "Aneh, sudah kami sisir semua tak ketemu. Kami menemukan rumah babi hutan, tapi di dalamnya juga kosong," kata dia.