Ahmad Heryawan Sebut Angklung Berisi Pesan Kebhinekaan
Ahmad Heryawan mengatakan meski angklung berasal dari Jabar, namun alat musik terbuat dari bambu itu memiliki pesan kebhinekaan.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - "Alon praune wes negah. Byau byuk byak, banyu binelah. Ora jemu jemu karo mesem ngguyu ngilangake roso lungkrah lesu," demikian lirik tembang jawa berjudul Prau Layar.
Lirik yang dinyanyikan sejumlah penyanyi itu terdengar jelas di halaman Gedung Sate, Jalan Dipenogoro, Kota Bandung, Minggu (20/11/2016).
Namun tembang Jawa itu diiringi alunan angklung yang dimainkan ribuan pelajar dari kota/kabupaten di Jabar.
Tembang itu satu dari beberapa lagu yang dimainkan dengan angklung pada kegiatan Hari Angklung 2016. Kegiatan itu juga dihadiri Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan.
Pria yang akrab disapa Aher itu mengatakan, meski angklung berasal dari Jabar, namun alat musik terbuat dari bambu itu memiliki pesan kebhinekaan.
Alat musik itu, kata dia, juga bisa menjadi alat pemersatu bangsa. Buktinya, alat musik terbuat dari bambu itu bisa memainkan tembang Jawa.
"Angklung bisa dimainkan siapa saja dan memainkan lagu apa saja. Semuanya boleh memainkan angklung. Makanya nanti hari yang berkaitan dengan toleransi kita mainkan angklung," kata Aher usai mengikuti kegiatan Hari Angklung 2016.
Aher menyatakan, angklung kini bukan milik warga Jabar lagi, melainkan sudah menjadi milik dunia setelah ada ketetapan UNESCO pada 16 November 2010.
Angklung pun dimainkan bangsa lain seperti Malaysia, Korea Selatan, Amerika Serikat, Prancis, dan lainnya setelah ketetapan itu.
"Negara yang saya sebutkan itu secara spesifik mengembangkan kesenian angklung. Ini menunjukkan angklung diminati masyarakat dunia," kata Aher.
Pesan kebhinekaan, persatuan, dan kesatuan itu, kata Aher juga bisa dilihat dari cara memainkan angklung. Angklung selalu dimainkan secara bersama-sama untuk menjalin keharmonisan nada. Menurutnya, angklung tak ideal jika dimainkan seorang diri.
"Itu ciri dan kekhasan angklung, yaitu dimainkan secara bersama-sama. Angklung memiliki pesan kebersamaan dan mengutamakan kebersamaan," kata Aher.
Aher mengatakan, Jabar sebagai daerah asal alat kesenian tradisional itu wajib melestarikannya. Jangan sampai daerah asal justru mengabaikan angklung tersebut.
"Di Jepang sendiri, masyarakatnya telah memainkannya. Mereka begitu peduli terhadap angklung. Makanya masyarakat Jabar sebagai daerah asal harus lebih melestarikan dan harus menyebarluaskannya," kata Aher.
Sebanyak 6 ribu pelajar memainkan angklung bersama di halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Minggu (20/11/2016).
Kegiatan bertajuk Hari Angklung 2016 itu merayakan hari angklung yang jatuh pada 16 November 2016.
Informasi yang dihimpun Tribun, ribuan peserta itu merupakan perwakilan sekolah kota/kabupaten di Jabar. Acara yang digelar tahunan itu diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar. (cis)