Tim Basarnas Bertaruh Nyawa saat Mengevakuasi Korban Jatuh di Jurang Uluwatu
Seorang saksi mata, Saputro mengatakan, saat itu Anto sedang asyik mengambil gambar atau berfoto-foto.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Tim SAR (Search And Rescue) Denpasar berhasil mengevakuasi jenazah Kwan Anto Randy Saputra (48) wisatawan asal Surakarta, Jawa Tengah, yang jatuh ke jurang saat mengunjungi objek wisata Pura Uluwatu, Badung, Bali, Rabu (4/1/2017).
Kepala Kantor SAR Denpasar, Didi Hamzar menjelaskan, Anto terpeleset dari ketinggian tebing Uluwatu sekitar 120 meter, dan jatuh ke pantai pinggir laut lepas sekitar pukul 11.15 Wita.
Seorang saksi mata, Saputro mengatakan, saat itu Anto sedang asyik mengambil gambar atau berfoto-foto.
Ia melewati batas pagar di objek wisata itu, dan berdiri terlalu ke pinggir kemudian tiba-tiba terpeleset dan terjatuh ke jurang yang terjal.
"Korban mengambil gambar atau berfoto terlalu ke pinggir, dan kemudian terpeleset, terjatuh ke jurang. Keterangan saksi seperti itu," jelas Didi Hamzar, Rabu (4/1/2017).
Didi menambahkan, tim terpadu bekerja keras selama 2 jam untuk mengevakuasi jenazah hingga akhirnya berhasil mengangkat jenazah korban dengan alat-alat pendakian (mounteneering).
Ketika dievakuasi, Anto sudah dalam keadaan tak bernyawa, dan dimasukkan ke dalam kantong mayat.
Menurut Didi, pihaknya menerima laporan kejadian itu dari Made Sumerta selaku pengelola tempat wisata sekitar pukul 12.15 Wita.
Dalam laporannya, Sumerta menjelaskan bahwa kondisi korban terlihat sudah tidak bergerak dan terapung-apung di pinggiran pantai.
Korban tiba di Bali pada 3 Januari untuk menikmati liburan bersama istrinya Auw Jang Phin Khuan (51).
Di Bali mereka juga bertemu anak dan menantunya yang baru saja tiba dari bulan madu di Australia.
Pada Kamis (4/1/2017) sekira pukul 10.00 Wita, Anto dan istrinya berangkat dari Hotel Bali Paragon menuju kawasan wisata Pura Luhur Uluwatu.
Sekira pukul 11.00 Wita, mereka tiba di kawasan Pura Uluwatu.
Setelah menerima informasi kejadian, tim SAR meluncur ke lokasi dengan kekuatan 25 personel dan peralatan utama seperti truk angkut personel, Rapid Deployment SAR Unit, dan Evacuation Vehicle.
Didi menugaskan Gede Darmada selaku Kepala Seksi Operasi SAR Denpasar untuk turun langsung ke lokasi memimpin evakuasi.
Menurut Gede, pihaknya sempat mengalami kesulitan mengevakuasi, karena saat itu air laut mulai pasang dan kemiringan tebing cukup curam, serta hanya bisa diakses dari atas.
Awalnya diturunkan dua orang penyelamat dari arah samping pura, dengan menuruni tebing untuk mengamankan posisi korban yang berada sekitar 20 meter dari bibir pantai.
Namun, upaya itu gagal dan dua penyelamat tak bisa menjangkau korban, karena air mulai pasang.
Akhirnya diputuskan untuk menggunakan cara penyelamatan dari atas (vertical rescue).
Satu orang diturunkan dengan lowring system yang diperkuat pegangan empat anchor.
Sedangkan para anggota tim yang lain memastikan proses menurunkan seorang penyelamat ke jurang di bawah berjalan baik dan aman.
Akhirnya, satu penyelamat yang diturunkan itu berhasil menjangkau korban.
Setelah dimasukkan ke dalam kantung jenazah, jasad korban kemudian dinaikkan ke atas.
"Separuh nyawa anak buah saya menjadi taruhannya. Ketinggian tebing 100 hingga 120 meter. Medannya sangat curam dan angin bertiup kencang, sehingga berisiko tinggi. Karena itu, proses evakuasi dilakukan sangat hati-hati," jelas Gede.
"Proses evakuasi tersebut cukup heroik, dibutuhkan kemampuan khusus dan kekompakan tim untuk melakukannya. Korban berhasil ditarik ke atas setelah dua jam proses evakuasi," kata Gede.
Saat ditemukan, kondisi korban tanpa menggunakan busana dan kedua kakinya dalam keadaan patah serta terlipat.
Terdapat luka-luka di kepala bagian atas korban.
"Semestinya siapa pun di lokasi tersebut harus betul-betul memperhatikan pagar pembatas dan tiupan angin. Sehingga terhindar lah kita dari hal-hal seperti yang terjadi kali ini," ungkapnya.