Gerindra Sulsel Dikabarkan 'Pecah' Menyusul Isu Penunjukan Ketua Baru oleh Prabowo
'Saya belum tahu soal itu. Tapi kalau ada DPC menolak maka itu dinamika partai," katanya.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - DPD Partai Gerindra Sulawesi Selatan (Sulsel) belum menerima SK (Surat Keputusan) resmi dari DPP Partai Gerindra mengenai penunjukan Idris Manggabarani sebagai Ketua DPD Gerindra Sulsel.
Wakil Ketua DPD Gerindra Sulsel, Nasrullah Mustamin, mengatakan hingga hari ini pihaknya menerima SK penunjukan Idris Manggabarani menggantikan La Tinro La Tunrung.
"SK belum ada sampai sekarang namun kalau DPP memutuskan demikian kami akan terima, yang ditandatangani Pak Prabowo Subianto dan Sekjen. Setelah La Tinro mundur, butuh pemimpin yang betul memahami Gerindra," kata Nasrulllah ketika dikonfirmasi Tribunnews.com, Minggu (8/1/2017).
Menyusul informasi penunjukan Idris sebagai ketua DPD Gerindra Sulsel oleh Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, kabarnya sejumlah pengurus DPC dan pengurus Gerindra Sulsel ikut mundur.
'Saya belum tahu soal itu. Tapi kalau ada DPC menolak maka itu dinamika partai," katanya.
Dari catatan Tribunnews.com, sejak tahun 2015 Gerindra sulsel mengalami kevakuman karena Ketua Definitif La Tinro La Tunrung kurang aktif menjalankan roda organisasi.
Sejumlah kader calon Bupati Pada Pilkada 2015 terpilih saat ini sudah meninggalkan Gerindra seperti Ketua DPC Gerindra Luwu Utara/wakil Ketua DPRD Luwu utara mundur menjadi Ketua DPC Nasdem setelah terpilih jadi wakil bupati.
Ketua DPC Gerindra Kabupaten Selayar Basli Ali mundur setelah terpilih menjadi Bupati selayar dan masuk menjadi Pengurus Golkar.
Bupati Luwu Timur Thoriq Husler meninggalkan Gerindra/Partai Pengusung utama dan mendaftar menjadi Ketua Golkar Luwu Timur.
Demikian pula informasinya, Bupati Bulukumba Kolonel TNI Purn Andi Sukri Sappewalie (Wakil Ketua Penasehat Gerindra Sulsel) menyatakan mundur dari Gerindra/Partai pengusung utama.
"Kalau ada kader yang tinggalkan partai, pasti ada yang tidak beres," kata Nasrullah.
Menurut dia, DPP Partai Gerindra harusnya menjaga orang-orang yang pernah terlibat dan membesarkan partai.
Kabar penolakan terhadap Idris juga muncul karena saat Pilpres 2009 mendukung Jusuf Kalla-Wiranto dan pada pada Pilpres 2014 mendukung Jokowi-JK.