Pedangan Makanan di Makassar Pilih Membeli Cabai Kering dan Busuk
Mahalnya harga cabai rawit segar membuat pedagang makanan lebih memborong cabai rawit setengah busuk karena mudah dipakai untuk sambal.
Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Mahalnya harga cabai rawit segar membuat masyarakat, umumnya pedagang makanan, terpaksa membeli yang mulai membusuk.
Di Pasar Terong, Makassar, Sulawesi Selatan, cabai busuk dijual dengan harga Rp 30 ribu per kilogram, setengah dari harga cabai segar yang menyentuh Rp 65 per kilogram.
"Cabai yang mulai busuk lebih laku, karena pedagang biasanya tinggal giling atau blender cabainya," kata Muhtar (44), pedagang di Pasar Terong, Selasa (10/1/2017).
Cabai busuk banyak diborong oleh penjual makanan seperti pedagang bakso dan coto makassar, untuk dijadikan sambal atau ulekan cabai lainnya.
"Paling banyak penjual bakso sama penjual coto yang beli. Semenjak harga cabai mahal, mereka jadi beli yang kering atau busuk," ia menambahkan.
Muhtar mengaku stok cabai yang tak laku dijual dalam beberapa hari akan dijemur untuk kemudian dijual di lain hari.
Saat ini persoalan harga cabai rawit di pasar masih tidak menentu, kadang harganya tiba-tiba naik, dan kadang juga turun
"Tiga hari yang lalu sempat mencapai Rp 100 ribu, besoknya turun jadi Rp70 ribu. Terus kemarin turun lagi sampai Rp 50 ribu. Hari ini naik lagi jadi Rp 65 ribu," ujar Muhtar.
Tidak menentunya harga cabai tersebut menurut Muhtar disebabkan minimnya pasokan cabai rawit dari pemasok sementara pembeli tetap banyak.
"Saya memang sudah punya pelanggan tetap seperti pedagang makanan. Jadi soal harga tidak berpengaruh, tetap laku. Sekarang barangnya saja yang susah dan kurang," tegas dia.
Pasokan cabai untuk sejumlah pasar di Makassar dipasok dari Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, dan Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.