Menengok Makam Tan Malaka di Lereng Gunung Wilis Kediri
Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, menjadi terkenal setelah ditemukannya makam Datuk Ibrahim Tan Malaka.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Didik Mashudi
SURYA.CO.ID, KEDIRI - Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, menjadi terkenal setelah ditemukannya makam Datuk Ibrahim Tan Malaka.
Pahlawan Kemerdekaan Nasional Republik Indonesia ini ternyata disemayamkan di desa terpencil lereng Pegunungan Wilis, Jawa Timur.
Kondisi makam Tan Malaka tak beda dengan makam pada umumnya. Malahan kondisi jalan menuju makam sangat sulit dan rusak.
Selain harus melalui tanjakan dan turunan tajam, kondisi jalan masih berlumpur karena baru sebagian jalan makadam.
Bagi yang tidak biasa melalui jalan berlumpur harus ekstra hati-hati karena bisa terpeleset. Untuk mobil juga hanya bisa dilalui satu jalur saja tidak bisa dua arah.
Satu-satunya yang telah tersentuh pembangunan hanya bangunan anak tangga dari jalan menuju ke areal makam sepanjang 70 meter.
Ada puluhan anak tangga yang harus dilalui dengan kemiringan sekitar 30 derajat. Berjalan turun dan naik dari anak tangga sudah cukup menguras banyak tenaga.
Anak tangga ini merupakan bangunan baru yang dilakukan pemerintah Desa Selopanggung.
Di pemakaman umum desa makam Tan Malaka terlihat paling mencolok. Batu nisannya dari keramik dengan warna dasar hitam dengan namanya yang dipahat.
Pada keramik itu tertulis Ibrahim Datuk Tan Malaka (Pahlawan Kemerdekaan Nasional Republik Indonesia Kepres No 53 Tahun 1963 tanggal 28 Maret 1963).
Tan Malaka Lahir di Suliki, Sumatera Barat, 1894 dan gugur di Kediri 21 Februari 1949.
Menurut Waji, Kepala Desa Selopanggung, pihaknya sudah mulai menganggarkan pembenahan jalan menuju ke makam Tan Malaka.
Mengingat sejak ditemukan makamnya banyak peziarah yang mulai berdatangan.
Di sekeliling makam Tan Malaka punya panorama alam yang indah. Apalagi areal makam itu dikitari areal persawahan yang subur.
Tak jauh dari areal makam Tan Malaka juga ada Watu Jagul. Batu yang berdiri tegak ini menjadi magnet bagi wisatawan lokal untuk refresing.
Hanya saja semua potensi alam itu masih belum mendapat perhatian dari Pemkab Kediri.
Sejak makam Tan Malaka ditemukan pada 2007 belum ada upaya untuk melakukan renovasi atau perhatian untuk mengembangkannya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.