Belajar dari Kota Kupang, Pemda Harus Buka Ruang Partisipasi Publik
Keterlibatan semua pihak sehingga semua pihak menyadari pentingnya pemeliharaan lingkungan dan isu perubahan iklim
Editor: Eko Sutriyanto
Dia merupakan pencetus gagasan Ecoport, pelabuhan berwawasan lingkungan, yang pernah diusulkannya ke Kementerian Kelautan dan Perikanan sekitar 15 tahun lalu, yang kemudian ditindaklanjuti dengan pembuatan model dan membawanya serta tim berangkat ke Tasmania, Australia.
Saat itu, Elfianus menjabat sebagai Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan.
Elvianus juga menjadi salah satu penggagas gerakan Kupang Green and Clean (KGC) tahun 2008 saat menjadi Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan, Tanaman Pangan.
Gerakan ini sangat penting karena Kota Kupang dan umumnya wilayah di NTT, memiliki fisik daerah yang topografi berbatu, dengan curah hujan hanya tiga bulan dalam setahun, dan tidak ada sumber air yang cukup.
“Bayangkan dulu itu masyarakat kita harus antri begadang sampai jam 2 pagi untuk mendapatkan dua ember air bersih. Kita punya masalah besar karena air permukaan kita itu terbuang begitu saja ke laut padahal kita butuh pasokan air bersih lebih banyak,” ujarnya.
Melalui program KGC ini, batu-batu disulap menjadi pepohonan. Batu dihancurkandicampur tanah, dan bibit pohon ditanam disana.
Lalu pohon itu nanti cari akar sendiri. Mahoni, Jati Putih dan Angsana ditanam disana.
Masyarakat, dunia usaha, pemerintah hingga TNI/Polri terlibat di sana, bersatu padu melakukan penghijauan. Hasilnya seperti terlihat saat ini, sejumlah wilayah di Kota Kupang pun mulai hijau.
“Dulu Kupang Green and Clean saya kerja sama dengan wartawan, untuk memotret kelurahan yang rajin menanam dan melakukan kebersihan," kata pria kelahiran Ambon, 2 Juni 1961 ini.
Lalu, lama-lama mereka terdorong untuk menanam. Kita memang perlu memberikan pengertian, sebab orang tidak mengerti mitigasi iklim, tapi akan berubah jika melihat dampaknya.
Gerakan ini berbuah manis dengan penghargaan di Thailand, serta tiga kali mendapat penghargaan Adipura untuk Kota Kupang.
Tidak hanya itu, meskipun belum optimal, namun air hujan yang sedikit setiap tahun sudah bisa ditampung oleh pepohonan dan juga gerakan lain seperti pembuatan sumur resapan dan lainnya.
Tapi menurutnya, gerakan ini menjadi penting karena komitmen tinggi yang disampaikan Wali Kota Kupang Jonas Salean.
“Pak Wali Kota berkomitmen lebih baik di rumahnya beli air pikulan daripada hotel misalnya sebagai serambi wisata NTT kekurangan air,” ungkapnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.