Penghuni Panti Jompo Disiram Air Panas Bercampur Cabai Rawit
Sepuluh tahun menjadi penghuni panti jompo, Andi pernah kena tendang, punggungnya kena siram air panas bercampur cabai rawit. Panti itu seperti neraka
Penulis: Budi Rahmat
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Budi Rahmat
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Sepuluh tahun bukan waktu sebentar bagi Andi menghuni panti jompo, lansia dan orang gila milik Yayasan Tunas Bangsa di Tenayan Raya, Pekanbaru.
Ia begitu fasih menceritakan kondisi yang dialami penghuni selama menetap di sana. Alih-alih hidup diperhatikan justru panti tersebut tak ubahnya neraka bagi mereka.
Sempat takut bercerita akhirnya Andi mengungkapkan kejahatan pengurus panti ketika menyiksa penghuni, seperti menyiramkan air panas bercampur cabai rawit.
"Apakah saya akan dikeluarkan hari ini," Andi berulang kali bertanya hal tersebut ketika didatangi rombongan Dinas Sosial Riau, Lembaga Perlindungan Anak Riau, Minggu (29/1/2017) siang.
Baca: Misteri Yayasan Tunas Bangsa, Tulang Belulang Hingga Temuan Tengkorak
Baca: Cerita Kelam dari Jeroan Panti Asuhan Tunas Bangsa, Lokasi Meninggalnya Zikli
Baca: Balita Zikli Muntah dan Keluar Cacing dari Mulutnya
Acapkali penyiksaan yang dialami penghuni panti bertempat di bangunan belakang. Ruangan tersebut juga dilakukan untuk menyiksa perempuan.
Tak hanya menyiramkan air panas bercampur cabai rawit petugas juga menendang penghuni panti.
Selama sepuluh tahun sudah 32 orang penghuni yang meninggal.
"Orang yang meninggal itu dibiarkan sekarat. Tidak dibantu," Andi menambahkan jika penghuni yang meninggal dikuburkan di Palas, Pekanbaru.
Cerita kekejaman lain yang Andi beberkan terkait pengelola panti yang sengaja mengambil perempuan hamil dengan iming janji-janji.
"Perempuan hamil yang dikatakan gila di bawa ke sini. Ditunggu sampai melahirkan. Anaknya diambil sedangkan yang perempuan dikurung di panti," kata dia.
Hanya Andi satu-satunya penghuni panti yang bisa diajak berbicara saat itu. Wajahnya diliputi ketakutan, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan tak ada petugas panti yang mendengar dan memelototinya.
Ketakutan dan tangisannya mendadak hilang setelah rombongan mematikan ia dan penghuni lainnya bakal dievakuasi keluar dari panti.
"Apakah saya mau dikeluarkan dari tempat ini? Kalau iya saya akan ceritakan semuanya," aku dia.
Andi berbicara saat ditemui rombongan di belakang bangunan sebagai kamar tempat ia dan dua pria lainnya dikurung petugas panti. Ia bercerita seperti orang normal pada umumnya.
Emosinya sempat meledak kala Andi mengingat penyiksaan yang dialami dirinya dan kawan-kawan di panti tersebut.
Andi sempat memperlihatkan bekas siraman air panas bercampur cabai rawit yang membakar punggungnya kepada rombongan Dinkes Riau dan LPA Riau.
Di panti tersebut dihuni 19 orang termasuk Andi dengan rincian enam orang lanjut usia, 13 orang dikategorikan gila.
Pantauan Tribunpekanbaru.com, bangunan tersebut terdiri sepuluh kamar yang masing-masing berukuran 3x3 meter, berpintu teralis besi. Tiap kamar diisi dua sampai tiga orang.
Di tiap-tiap kamar terdapat satu toilet yang sama sekali tidak bersekat.
Untuk kebutuhan minum dan mandi, penghuni disediakan satu ember berisi air. Air yang diberikan juga tidak layak karena keruh dan berminyak.