Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lebih dari 60 Ekor Sapi di Amarasi Timur Mati

Kematian diduga faktor alam karena cuaca berubah dari panas, tiba-tiba hujan, dari kekeringan, tiba-tiba banyak air

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Lebih dari 60 Ekor Sapi di Amarasi Timur Mati
Surya/Galih Lintartika
ilustrasi sapi 

TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Lendir keluar dan mulut dan hidung menjadi salah satu gejala klinis puluhan ekor sapi yang mendadak mati di Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang selama bulan Januari 2017.

Selain mulut dan hidung berlendir, sapi pun mengalami mencret.

Kepala Desa Oebesi, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Kornelis Neno Haran, menyampaikan hal ini kepada Pos Kupang di rumahnya, Senin (30/1/2017).

"Lendir keluar dari hidung dan mulut, kadang-kadang menceret, tapi lebih banyak keluar lendir dari hidung dan mulut sapi. Masyarakat sekitar sini ada satu dua ekor ternak sapi mati. Kami identifikasi sekitar 60 ekor ternak sapi yang mati, itu baru sekitar desa ini," tutur Kornelis.

Ia mengatakan, kematian puluhan ternak sapi ini kemungkinan faktor alam.

"Sebab, babi, ayam dan kambing di sini tidak ada yang mati. Kami menganalisa dari kaca mata awam, ini faktor alam karena cuaca berubah dari panas, tiba-tiba hujan, dari kekeringan, tiba-tiba banyak air," katanya.

Dikatakannya, masyarakat di sana kalau sapi hilang beberapa hari kemudian dapat lagi, dilarang kasih minum air banyak-banyak, karena sapi bisa mati.

BERITA TERKAIT

Seperti itu analisa awam masyarakat di luar teknis orang-orang yang mengerti kesehatan ternak sapi," kata Kornelis.

Ketika ternak sapi mati di desa itu, demikian Kornelis, ada peternak yang lapor kepada pemerintah desa tepai ada pula yang diamkan saja.

Sebab, mereka berpikir kalau dilaporkan kepada Dinas Peternakan atau pemerintah, pasti sapi dikuburkan.

Sementara kalau tidak dilaporkan kepada pemerintah, daging sapi itu bisa dijual.

Ia mengakui, jumlah sapi yang mati sejauh ini tidak akurat karena dia hanya dengar cerita dari masyarakat.

Kornelis mengungkapkan, masyarakat tidak akan jujur mengatakan bahwa ternak sapi mereka mati karena penyakit. Itu dilakukan karena mereka mau jual dagingnya ke pasar.

Padahal, lanjut Kornelis, petugas peternakan melarang kalau sapi mati karena virus.

"Tapi mau bagaimana, kerugian kalau dihitung-hitung bisa setengah miliar rupiah dari sekitar 60 ekor ternak sapi yang mati," ujar Kornelis.(ama)

Sumber: Pos Kupang
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas