Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Satu unit mobil Kijang Inova dengan plat nomor D 1579 VZ masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I A Sukamiskin, Jalan AH Nasution, Kota Bandung, Kamis (9/2/2017).

Mobil yang terlihat mencurigakan itu berhenti tepat di antara gerbang masuk menuju lapas.

Pantauan Tribun, terlihat petugas lapas mengerubungi mobil hitam itu.

Tidak hanya petugas lapas, dua anggota Polri bersenjata laras panjang dengan rompi bertuliskan Gegana muncul ketika mobil itu berhenti di antara pintu masuk ke dalam lapas.

Sejumlah petugas terlihat memeriksa mobil tersebut. Sedangkan dua petugas Gegana dengan pakaiannya serba hitam dalam posisi siaga.

Dua petugas lapas pun keluar dan menjaga pintu utama masuk ke dalam lapas. Awak media hanya bisa memantau kondisi mobil tersebut melalui jendela kecil di pintu utama lapas.

Tak berselang lama, seorang pria berkumis yang menyerupai Romi Herton masuk ke dalam mobil hitam tersebut.

Pukul 17.10 WIB mobil itu baru keluar dari lapas. Mobil itu keluar setelah Ombudsman Pusat menyambangi lapas khusus narapidana kasus korupsi itu.

Pantauan Tribun, mobil Kijang Inova itu memiliki kaca yang tak tembus pandang. Tak terlihat pria berkumis yang diduga Romi di dalam mobil tersebut.

Hanya terlihat seorang anggota Gegana duduk di samping sopir. Sekilas terlihat sejumlah pria duduk di kursi tengah dan kursi belakang. Namun belum diketahui siapa yang berada di dalam itu.

Mobil itu langsung keluar dari lapas dengan terburu-buru.

Mobil itu pun langsung memacu kendaraannya keluar lingkungan lapas.

Sejumlah pria berbaju batik yang salah satunya Kadiv Pemasyarakatan Kakanwil Kemenkum dan HAM Jabar, Molyanto pun terlihat keluar lapas setelah mobil itu keluar dari lapas.

Informasi yang dihimpun Tribun, seorang napi koruptor memang berada di dalam mobil tersebut. Namun belum diketahui dibawa kemana napi tersebut.

"Romi (Herton) yang keluar," ujar seorang sumber Tribun.

Seperti diketahui Romi merupakan mantan Walikota Palembang itu divonis tujuh tahun atas kasus suap kepada Akil Mochtar.

Suap itu untuk mempengaruhi putusan perkara permohonan keberatan hasil pilkada Kota Palembang yang ditangani di Mahkamah Konstitusi. Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi dari pihak lapas dan pihak terkait lainnya. (cis)