Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Asep, Pembudidaya Tanaman Herbal Khas Eropa di Kampung Cibengang

Kampung Cibengang di Kabupaten Bandung selain berhawa sejuk juga sebagai sentra budidaya tanaman herbal untuk kebutuhan kuliner Eropa dan Mediterania.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Asep, Pembudidaya Tanaman Herbal Khas Eropa di Kampung Cibengang
Tribun Jabar/M Syarif Abdussalam
PANEN ROSEMARY - Asep Kurnia memanen rosmarin di Kampung Cibengang, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jumat (17/2/2017). TRIBUN JABAR/M SYARIF ABDUSSALAM 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Abdussalam

TRIBUNNEWS.COM, KABUPATEN BANDUNG - Daun oregano dan basil untuk piza, daun rosmarin (rosemary) untuk steik, atau daun mint dan lemon balm untuk minuman, yang disajikan di restoran dan kafe di Bandung tak selamanya diimpor.

Bisa saja tanaman herbal khas Eropa itu berasal dari sebuah kebun di Kampung Cibengang. Ya, kampung yang berada di Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, ini menjadi sentra budidaya semua tanaman di atas.

Di kampung ini tanaman herbal yang biasa menjadi bumbu masakan Mediterania dan Eropa tumbuh subur.

Tanaman oregano, basil, mint, lemon balm, thyme, rosmarin, majoram, dan parsley tumbuh laiknya semak dan pagar tanaman di antara hamparan kebun sayuran organik.

Koordinator Kelompok Tani Cipta Mandiri, Asep Kurnia, mengatakan kelompok taninya hanya menanam sayuran secara organik, juga tanaman herbal khas Eropa tersebut.

Asep dan tujuh anggotanya menanam tanaman herbal ini sejak 2012, sedangkan menanam sayuran organik sejak 2006.

Berita Rekomendasi

"Kami awalnya mencoba menanam tanaman-tanaman herbal itu dari biji, kemudian diperbanyak melalui stek. Herbal ini merupakan bahan bumbu masakan luar negeri, yang kini banyak disajikan di restoran atau kafe di Bandung. Respons pasar sangat bagus," kata Asep di kebunnya, Jumat (17/2/2017).

Tanaman herbal ini ditanam di lahan seluas dua hektare sebagai tanaman pembatas sela-sela petak sayuran organik. Pola tersebut bukan tanpa maksud. Tanaman herbal ini juga berfungsi sebagai pengusir hama alami yang melindungi sayuran-sayuran organik yang mereka tanam.

Dalam seminggu, kata Asep, mereka menjual sekitar empat kilogram tanaman herbal. Angka ini dinilai besar karena biasanya setiap tanaman ini dijual antara 25 sampai 50 gram per kemasan di supermarket. Tanaman herbal ini memiliki rasa yang kuat walau sebagian disajikan dalam bentuk kering.

"Kami baru bisa memenuhi pesanan dari Bandung. Sebagian dijual kepada distributor yang nantinya menjualnya ke supermarket. Makin banyak juga masyarakat yang menggunakan herbal ini, terutama restoran dan kafe," kata dia.

Tanaman herbal di kebun Asep, memiliki kualitas yang sama dengan yang ditanam di negara asalnya. Beberapa pengusaha kuliner menyatakan herbal yang ditanam di dataran tinggi Kabupaten Bandung ini memiliki rasa dan aroma lebih baik karena mendapat nutrisi dan sinar matahari yang cukup.

Selain tanaman herbal, kelompok tani binaan Asep juga menanam berbagai sayuran dan buah organik yang dipasarkan di supermarket di Bandung.

Kelompok taninya, yang sebagian besar beranggotakan anak-anak muda, kata Asep, juga konsen menyosialisasikan urban farming di kawasan perkotaan Bandung.

Warga yang mengunjungi kebunnya tidak jarang yang membawa pulang bibit-bibit tanaman herbal tersebut untuk ditanam di rumah masing-masing.

Tanaman herbal ini, selain memiliki kegunaan sebagai bumbu masak, juga enak dipandang sehingga dapat menjadi tanaman hias.

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas