Moeldoko: Perubahan Iklim Derdampak Terhadap Penurunan Produksi Pangan
Mantan Panglima TNI, Moeldoko memaparkan pemikirannya mengenai Politik Tanah dan Air untuk menuju kedaulatan pangan
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Panglima TNI, Moeldoko memaparkan pemikirannya mengenai Politik Tanah dan Air untuk menuju kedaulatan pangan di hadapan mahasiswa dan mahasiswi dalam Temu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara se Indonesia di Universitas Islam Riau, Kamis (2/3/2017).
Dalam kesempatan itu, Moeldoko juga membeberkan sepuluh tren masa depan yang harus segera disikapi bersama. Ia mengutip pemikiran James Canton, dimana dunia akan berubah dengan cepat dan ekstrem.
Untuk menghadapi perubahan tersebut para mahasiswa dimintanya untuk serius menyikapinya. Apalagi inovasi Indonesia 2016 Indonesia masih berada di posisi ke-88 dari 128 negara Global Innovation Index (GII) dan dalam Indeks Pembangunan Manusia madih berada di urutan ke-110 dari 187 negara.
Selain itu, perubahan iklim juga menjadi salah satu sorotannya yang penting. Menurut Moeldoko, perubahan iklim menyebabkan risiko banjir, kekeringan, dan bencana alam lain.
Hal itu berdampak terhadap penurunan produksi pangan yang akan memengaruhi status keamanan pangan Indonesia.
“Salah satu resikonya, impor pangan Indonesia pada 2015-2016 seperti beras, jagung, gandum, daging, kedelai, garam, dan lain-lain masih tembus di atas Rp 50 triliun,” kata pria asal Kediri, Jatim itu.
Mengenai ancaman keamanan pangan, Moeldoko juga membeberkan fakta menarik.
Berdasarkan global food security index, Indonesia berada di urutan ke-71 dari 113 negara. Sementara itu, negara tetangga seperti Malaysia berada di urutan ke-35, Thailand (51), dan Vietnam (57).
Dalam penyampaian materi ceramahnya, Moldoko menyampaikan gagasan Politik Tanah dan Air untuk mengatasi kedaulatan pangan. Politik ini adalah politik yang menghidupkan, dimana mampu mengubah tongkat kayu dan batu kembali jadi tanaman.
Politik ini juga percaya, bahwa tugas utama para pemimpin adalah memastikan sejumlah kebutuhan dasar untuk bertunas dan berkembangnya sebuah masyarakat yang tercerahkan.
"Secara teknis, politik Tanah dan Air ini juga memerlukan langkah taktis untuk mencapai kedaulatan pangan. Yaitu mempersenjatai petani dengan pengetahuan dan teknologi, memperkuat benteng komoditas sesuai konteks ekologi, dan menciptakan sekutu kedaulatan pangan,” imbuhnya.
Di akhir ceramahnya, Moeldoko menyampaikan kata kunci untuk menuju kedaulatan pangan.
"Semuanya akan bisa kita capai melalui semangat holobis kontul baris," lanjutnya meminjam istilah Presiden Soekarno.
Dimana peran negara, pemerintah dan masyarakat, terutama kalangan mahasiswa, bergotongroyong membanting tulang dan memeras keringat bersama untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
Disinggung tentang semangatnya yang tak kunjung padam, dengan diplomatis Moeldoko menjawab diantara ratusan mahasiswa yang antri untuk foto bersama,
"Menurut WHO (World Health Organization), rentang usia 18-65 tahun masih dikategorikan Pemuda, lho," tutur Moeldoko.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.