Inilah Sosok Endar Prasetyo, Terduga Teroris di Mata Tetangga dan Ibunya
Keluarga terduga teroris Endar Prasetyo di Dukuh Limbangan RT 05/RW02 Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang menyambut ramah kedatangan Tribun Jateng.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Hermawan Endra Wijonarko
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Keluarga terduga teroris Endar Prasetyo di Dukuh Limbangan RT 05/RW02 Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang menyambut ramah kedatangan Tribun Jateng.
Mereka mempersilahkan masuk dan memberi sedikit waktu untuk berbincang.
Para tamu yang kebanyakan keluarga dekat silih berganti datang memberika ucapan bela sungkawa kepada Murini (51), ibu dari terduga teroris Endar Prasetyo. M
engenakan jilbab syar'i, wanita yang memilki empat orang anak ini terlihat nampak tegar.
Sore itu, Murini diungsikan untuk sementara waktu di sebuah rumah yang masih memiliki ikatan saudara. Sedangkan kediamannya sementara waktu diseterilkan seusai perintah petugas kepolisian.
Murini merupakan janda dengan empat orang anak, yakni alm Adi Handoko, Endar Prasetyo, Fitri Anggraini dan Indah Lestari.
Suaminya bernama alm Edi Sunarso meninggal sekitar tiga tahun lalu. Sedangkan anak pertamanya meninggal dunia satu tahun lalu karena sakit liver.
Murini terakhir bertemu Endar Prasetyo Kamis (6/4) lalu. Anak keduanya itu pergi dari rumah tanpa pamit.
Ia mengira Endar pergi bekerja sebagai supir seperti biasanya, setelah tidak lagi menjadi teknisi di sebuah perusahaan otomotif daerah Weleri.
Informasi yang dihimpun Tribun Jateng, Endar cukup lama bekerja di bengkel spooring balancing. Sedangkan KTP atasnama Adi Handoko dibawa oleh Endar Prasetyo.
"(Endar-red) tidak bilang perginya kemana, tidak biasanya dia pergi meninggalkan rumah berhari-hari. Setelah tidak lagi bekerja di bengkel dia itu sering nyupir kalau ada yang minta diantar," ujar Murini.
Di mata Murini, Endar merupakan anak yang sangat sayang kepadanya. Setiap pergi ke luar rumah ia selalu pulang meski larut malam sekalipun.
"Dia itu anaknya pengennya nemain ibu karena kan saya tinggal sendirian di rumah, adik-adiknya sudah berumah tangga dan biasanya pergi selalu pamit. Setelah selesai sama urusannya pasti langsung pulang," katanya.
Pada Sabtu (8/4), Murini pulang ke rumah setelah menginap di rumah anak bungsunya di daerah Weleri, Kendal.
Ia pulang hendak memberikan upah kepada petani yang telah menggarap sawahnya.
Satu jam berada di rumah, Murini diminta oleh para warga untuk ke Balai Desa.
Di sana ia mendapatkan informasi dari Kepala Desa bahwa anaknya meninggal dunia karena baku tembak di Tuban.
"Sudah yaa saya tidak bisa lagi (diwawancara-red). Anak saya soleh, doakan dia mati sahid," kata Murini dengan nada tinggi seraya mengepalkan tangan kanannya ke atas.
Beberapa saat kemudian, Murini menyambut dua orang tamu yang datang. Di sana ia nampak menangis terisak-isak menceritakan kepergian anak keduanya itu.
Sementara itu Kepala Desa Rejosari Barat, Setiarso (38) mengaku kaget ketika mendapat informasi ada warganya terlibat kasus terorisme.
Dalam kesehariannya, Endar merupakan remaja seperti pada umumnya.
"Kemarin Sabtu (8/4) sekitar jam 9 malam dari Polsek, kumpul di Balai Desa menyampaikan bahwa ada warga beralamat di Desa Rejosari Batang dua orang terlibat kasus di Tuban mereka Adi Handoko dan Endar Prasetyo. Setelah itu kami mengundang ibu Murini," imbuhnya. v(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.