Inilah Penyebab Tenggelamnya Perahu Tambang di Gresik
Sungai Kalimas di kawasan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Kamis dipadati banyak orang. Mereka ingin menyaksikan upaya pencarian para korbon
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, GRESIK - Sungai Kalimas di kawasan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Kamis (13/4/2017) dipadati banyak orang.
Mereka ingin menyaksikan upaya pencarian para korban perahu tambang tenggelam yang sampai malam ini masih raib.
Setidaknya, sejauh ini sudah diketahui bahwa insiden ini telah menewaskan dua orang. Sementara lima orang lainnya belum ditemukan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gresik, Abu Hasan menyebut, insiden ini diduga kuat terjadi karena perahu kelebihan muatan. Selain itu, saat itu debit air sungai sedang tinggi.
"Perahu tambang ditengarai kelebihan muatan dan pada saat waktu di tengah terkena arus sungai yang begitu deras sehingga membuat perahu oleng lalu terbalik," terang Abu Hasan saat dijumpai di lokasi kejadian.
Dari informasi yang dihimpun, perahu itu berangkat dari arah timur yakni di wilayah Kabupaten Sidoarjo hendak menyeberang ke Wringinanom.
"Dari keterangan saksi, saat itu perahu dinaiki oleh 12 orang dan empat sepeda motor," ungkap Abu Hasan.
Menurut dia, jumlah korban yang berhasil diselamatkan adalah 7 orang, termasuk dua operator perahu tambang bernama Supriadi dan Didin.
Sementara dua korban yang sudah dipastikan tewas, masing-masing adalah Ujang (53) warga Dusun Sumberrame, serta Mis'ah (45), warga Kalitarik, Balongbendo, Sidoarjo.
"Untuk lima korban lainnya bernama Kusnari, Nur Cholis, Susriasih, Choirul Nisa dan Rozikin sampai saat ini belum ditemukan," imbuhnya.
Dia menjelaskan terkait musibah ini pihaknya mengimbau warga agar selalu berhati-hati dan tidak mudah menggunakan transportasi air ini. Sebab, menurutnya perahu tambang sangat berisiko dan berbahaya, khususnya apabila standar keamanannya tak terjamin.
"Yang terpenting adanya perstiwa ini diharapkan masyarakat semakin sadar dan lebih bijak untuk memilih moda transportasi yang dipilihnya," ucapnya.
Terpisah, Komandan Tim Sar Intai Amfibi I Marinir Karangpilang, Letnan Dua Achtizen mengatakn sebanyak 9 penyelam turut dilibatkan dalam proses pencarian korban.
Menurutya, saat menyelam ia merasakan arus sungai yang begitu deras sempat membuat proses pencarian menjadi tersendat.
"Tadi saat menyelam arus sungainya sangat deras. Jadi untuk moving agak kesulitan dan hanya bisa bergerak sedikit demi sedikit," ujarnya.
Letnan Dua Achtizen menambahkan saat itu menyelam di titik nol dari tenggelamnya perahu tambang. Sedangkan kedalaman sungai itu sekitar tiga sampai empat meter dari tengah sungai.
"Air sungai sangat keruh berwarna cokelat membuat jarak pandang 0. Kami saat menyelam hanya bisa meraba saat mencari korban," ungkapnya.
Di sisi lain, saat menyelam pihaknya sempat menemukan bangkai sepeda motor yang merupakan milik para korban.
Karena arus deras dan faktor di lapangan membuatnya memutuskan untuk menghentikan sementera proses pencarian korban.
"Ya tidak memungkinkan untuk dilanjutkan. Besok pagi baru dilanjunkan proses pencariannya," tandasnya