Kisah Perjuangan Mengukuhkan Drumblek Sebagai Kesenian Asli Salatiga
Saat ini pula, kami sedang berjuang untuk menjadikan drumblek ini menjadi kesenian asli di Salatiga
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Deni Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, SALATIGA - Pukulan drum plastik yang merupakan satu dari beberapa perlengkapan untuk memainkan kesenian drumblek, oleh Kepala Dinas Pariwisata Kota Salatiga Sri Danudjo menjadi penanda dibukanya secara resmi Musyawarah Akbar I Paguyuban Drumblek Salatiga di GOR Hati Beriman Salatiga, Minggu (16/4/2017).
Musyawarah tersebut setidaknya diikuti sekitar 130 group drumblek yang ada di Salatiga dan daerah sekitarnya.
Adapun tujuannya, sebagai wadah untuk menampung ide, gagasan, maupun masukan dari setiap group demi keberlangsungan drumblek di Salatiga ke depannya.
"Secara khusus pula, musyawarah tersebut untuk menyusun program kerja berkegiatan bersama sesama pegiat kesenian drumblek."
"Saat ini pula, kami sedang berjuang untuk menjadikan drumblek ini menjadi kesenian asli di Salatiga," kata Paulus Prasetyo Adhi Wibowo, ketua panitia musyawarah akbar drumblek itu, kepada Tribunjateng.com.
Ada satu hal yang dia dan beberapa pengurus maupun pegiat kesenian drumblek Salatiga inginkan saat ini dan diharapkan dapat direalisasikan oleh Pemkot Salatiga. Yakni menjadikan drumblek sebagai kesenian asli Salatiga.
"Meskipun hingga saat ini belum memperoleh pengakuan resmi berkait hal tersebut. Kami saat ini sedang terus memprosesnya. Semoga dalam waktu dekat drumblek ini dapat diresmikan sebagai kesenian atau kebudayaan asli Salatiga," ujar Paulus.
Menurutnya, ada satu alasan mengapa pihaknya mengejar agar drumblek menjadi kesenian asli Salatiga. Sejarah drumblek diawali di daerah Pancuran pada 1986 silam.
Ketika itu, untuk mendirikan sebuah group drumblek kesulitan lantaran keterbatasan perlengkapan dan biaya.
"Sehingga muncullah ide mereka menggunakan alat seadanya. Dipakailah barang-barang bekas yang masih bisa digunakan, seperti tong, kaleng, hingga kentongan yang dimodifikasi. Ditambah pula balira yang mampu menyuguhkan alunan harmoni musik yang merdu."
"Mulai sekitar 1990, drumblek menjadi pertunjukan menarik dan favorit warga setempat," jelas pegiat Drumblek Kebonan Salatiga itu.
Terpisah, Sri Danudjo pun akan berupaya untuk membantu agar drumblek dapat menjadi ikon khas atau kesenian asli Salatiga ke depannya.
Pihaknya berharap, mereka para pegiat drumblek dapat semakin kreatif dan inovatif dalam segala hal berkait pertunjukan.
"Tujuannya adalah guna lebih memantapkan diri drumblek sebagai ikonnya Kota Salatiga. Yang sekaligus ke depannya dapat turut serta berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi kreatif di Salatiga."
"Banyaknya group drumblek di sini, kami pun yakin hal tersebut dapat terealisasikan dalam waktu dekat," ujarnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.