Kejahatan Seksual pada Anak Tubbuh Subur di Kalimantan Timur
Kasusnya banyak yang tidak muncul ke permukaan dan berakhir dengan perdamaian.
Editor: Eko Sutriyanto
Ia mencontohkan, SOS pernah mengawal perjuangan seorang ibu di Kutai Barat menuntut keadilan karena anaknya mengalami perkosaan.
Miris, pelaku perkosaan rupanya adalah kakek, paman, dan ayah kandung sendiri.
Kasus itu berakhir denan perdamaian.
Baca: Pernah Tersandung Kejahatan Seksual, Imigrasi Ngurah Rai Tolak Bule Amerika Masuk Bali
"Pelaku adalah orang terpandang dan sekarang masih berkeliaran (bertemu dengan korban). Kami menangani ini di 2016 awal. Kasusnya berakhir damai," kata Mei Christy.
Kasus kejahatan berakhir damai juga terjadi di Samarinda.
"Korbannya anak lima tahun dan seorang ibu rumah tangga yang ditusuk pakai tusuk sate pada alat vitalnya," katanya.
Tidak sedikit perdamaian itu, kata Mei, terjadi setelah masuk ke meja aparat kepolisian maupun organisasi-organisasi bentukan pemerintah.
Beberapa faktor dijadikan alasan, yaknih aib, minim saksi dan bukti, atau cukup dengan ganti rugi.
Mei mengatakan, perdamaian justru tidak memberi rasa adil pada korban. Belum lagi, masa depan korban biasanya hancur sejak jadi korban kejahatan seksual.
"Rata-rata 60 persen mending mati dan 40 persen mengalami perubahan karakter. Misal, sangat menyukai perbuatan (seks) ini. Bila demikian akan sulit bisa diperbaiki," kata Mei.
Ada 1.200 Laporan
Komisi Nasional Perlindungan Anak menilai kejahatan seksual yang terjadi pada anak dan perempuan di Kaltim sudah sampai pada tahap mengawatirkan. Fenomena gunung es sudah tampak.
Arist Merdeka Sirait mengungkapkan, Komnas PA mencatat ada lebih dari 1.200 kejahatan pada anak di Kaltim sepanjang 2015-2016.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.