Kakek 75 Tahun Bertahan di Tengah Proyek Tol, Ini yang Menjadi Alasan Ia Ngoto Tak Mau Digusur
Makmun Abdullah (75), warga Desa Sambongsari, Weleri, Kabupaten Kendal memilih bertahan meski rumah yang berada disekitarnya sudah rata dengan tanah
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Dini suciatiningrum
TRIBUNNEWS.COM, KENDAL - Sebuah rumah bercat putih masih kokok berdiri di tengah proyek pembangunan tol Batang - Semarang.
Seorang kakek berkaus hijau nampak membersihkan debu-debu yang melekat di ubin, Kamis (18/05/2017)
Makmun Abdullah (75), warga Desa Sambongsari Rt 1 Rw 4, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal memilih bertahan meski rumah yang berada disekitarnya sudah rata dengan tanah.
Bahkan, jembatan layang tol Semarang Batang pun sudah berdiri di sebelah rumahnya.
Laki-laki yang akrab disapa mbah Mun tersebut bertahan dan menolak ganti rugi karena proses pembayaran yang tidak sesuai.
Mbah Mun mempermasalahkan luas tanah yang ditetapkan tidak sesuai dengan sertifikat tanah yang dimiliki. Di sertifikat tertulis luas tanah yang dimiliki Mbah Mun 300 meter persegi namun dalam pengukuran tanah tersebut hanya 260 meter persegi.
"Saat pengukuran tanah pertama kali, saya tidak diberitahu hanya dikasih tahu hasilnya, lha saya minta ukur ulang tapi hasil yang keluar dan ditetapkan pengukuran pertama, " jelasnya.
Tidak hanya luas tanah yang berkurang, Mbah Mun juga mempersoalkan luas bangunan yang juga berkurang 20 meter persegi, sebaliknya rumah tetangga yang berada di sebelah kiri justru luasnya bertambah.
Pemilik rumah sebelah sudah terima ganti rugi dan pindah.
“Saya akan tetap bertahan meski dibongkar paksa karena ini tidak adil, " tegasnya.