Teknologi GSM, Solusi Atasi Kegagalan Revegetasi di Lahan Pasca Tambang
Pohon ketapang kencana yang ditanamnya dengan menggunakan teknologi GSM, dapat tumbuh subur dan mengurangi kesan gersang
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Peraih Anugerah Pahlawan Inovasi Teknologi Tahun 2015, Ady Indra Pawennari, kembali memunculkan inovasi terbarunya di bidang lingkungan. Dengan menggunakan bahan utama cocopeat (serbuk sabut kelapa), ia memperkenalkan teknik penanaman di lahan pasca tambang bauksit yang diberi nama teknologi GSM atau Gembur Sepanjang Masa.
“Alhamdulillah, setelah melalui ujicoba dan simulasi di berbagai daerah dan hasilnya memuaskan, akhirnya, hari Kamis (18/5/2017) kemarin, bertempat di pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) di Pulau Dompak, Tanjungpinang, teknologi GSM ini saya perkenalkan ke publik,” ungkap Ady dalam keterangan persnya, Jumat (19/5/2017).
Pada saat memperkenalkan hasil inovasi terbarunya itu, Ady bersama Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepri, Abu Bakar dan sejumlah staf serta relawan melakukan aksi penanaman pohon ketapang kencana di bundaran jalan Mesjid Raya Pulau Dompak. Ia berharap, pohon ketapang kencana yang ditanamnya dengan menggunakan teknologi GSM, dapat tumbuh subur dan mengurangi kesan gersang di daerah itu.
Menurut Ady, pemilihan lokasi pengenalan teknologi GSM di pusat Pemerintahan Provinsi Kepri itu, berawal dari keprihatinannya melihat kondisi alam di Pulau Dompak yang sangat gersang. Bahkan, beberapa jenis pohon yang ditanam di sekitar gedung – gedung pemerintahan, terlihat tinggal batang dan ranting yang sudah mengering.
“Kebetulan, Pulau Dompak ITU dulunya memang daerah pertambangan bauksit yang sudah kehilangan vegetasi dan top soil. Makanya, penanaman atau revegetasi yang dilakukan dengan cara konvensional di sana, banyak yang gagal. Karena itu, solusi yang tepat untuk memecahkan masalah kegagalan revegetasi di lahan pasca tambang ini, adalah teknologi GSM,” ujar Ady.
Owner PT. Multi Coco Indonesia ini memang tidak asal bicara. Kepiawaiannya mengubah lahan tandus dan lahan pasca tambang bauksit menjadi lahan produktif di wilayah Kepri sudah terbukti di beberapa daerah. Misalnya, pada tahun 2013, ia berhasil memanen jagung bersama Walikota Tanjungpinang, Lis Darmansyah di atas lahan pasca tambang bauksit di Sungai Toca, Tanjungpinang.
Begitu juga di Batam dan Kabupaten Lingga, ia berhasil menyulap lahan tandus dan lahan pasca tambang timah menjadi hutan kota dan kebun jambu kristal. Selain itu, bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), ia sukses merevegetasi lahan pasca tambang bauksit dengan tanaman sengon di Sungai Toca, Tanjungpinang.
“Semuanya menggunakan bahan baku hasil rekayasa cocopeat dan bahan organik lainnya. Cocopeat itu, memiliki sifat mudah menyerap dan menyimpan air hingga 300 persen dari berat bobotnya. Karena itu, ia mampu menyelamatkan tanaman dari ancaman kematian karena kekurangan air pada saat kemarau,” beber Ady.
Selain itu, sambung Ady, cocopeat itu juga memiliki pori - pori yang memudahkan terjadinya pertukaran udara dan masuknya sinar matahari. Kandungan Trichoderma molds-nya, sejenis enzim dari jamur, dapat mengurangi penyakit dalam tanah dan menjaga tanah tetap gembur dan subur. Di dalam coco peat juga terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, berupa Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Natrium (Na), Fospor (P) dan Kalium (K).