Penganut Islam Kejawen Tentukan Awal Ramadan Pakai Aboge, Begini Cara Mereka Menghitungnya
Para Penganut Islam Kejawen di Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah akan mengawali puasa Ramadan pada Minggu (28/5/2017).
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, BANYUMAS - Para Penganut Islam Kejawen di Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah akan mengawali puasa Ramadan pada Minggu (28/5/2017).
Mereka telah menetapkan tanggal 1 Ramadan 1438 Hijriyah pada Minggu Pon (28/5).
Juru Bicara Tetua Panembahan Banakeling Pakuncen Kecamatan Jatilawang, Sumitro mengatakan, dalam menetapkan awal Ramadan, pihaknya tetap memakai kalender Qomariyah atau kalender Hijiryah.
Namun, dalam penghitungan mereka, sesuai penanggalan Alif Rebo Wage (Aboge), setiap sewindu sekali, kalender akan kembali ke tahun awal.
Kalender delapan tahunan itu memiliki nama-nama tersendiri, yakni Alif, Ha, Jim Awal, Za, Dal, Ba/Be, Wawu, dan Jim Akhir.
Bagi mereka, tahun ini merupakan tahun Za, sehingga perhitungannya adalah Sanemro.
"Sa berarti Selasa yang jatuh pasaran Pahing, Nem itu jumlah hari, dan Ro itu rangkapnya.
Maka di tahun Za ini, tanggal 1 Ramadan jatuh pada Minggu Pon (28/5),"katanya.
Tetua Paguyuban Resik Kubur Rasa Sejati Desa Kalikudi Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap, Hadi Rismanto mengaku, pihaknya juga menggunakan kalender Aboge dalam menetapkan awal puasa.
Karenanya, penganut Islam Kejawen di desanya menetapkan tanggal 1 Ramadan pada Minggu Pon (28/5).
Penanggalan Aboge dinilainya perpaduan kalender Qomariyah dengan penanggalan Jawa yang mengenal istilah pasaran.
"Kalau mengikut pemerintah harus menunggu rapat penetapan dulu," kata Hadi.
Meski ada perbedaan dalam menentukan awal puasa dengan pemerintah, Hadi mengklaim, penanggalan Aboge memiliki dasar dan melalui perhitungan yang akurat.
Karena itu, ia berharap, perbedaan tersebut tidak menimbulkan masalah apalagi perpecahan umat.
"Seperti penanggalan Syamsiyah dan Qomariyah, penanggalan Aboge juga akurat menurut kami. Semoga bisa saling menghargai perbedaan," katanya. (*)