Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ramainya Aktivitas di Masjid Kuno Kyai Ageng Muhammad Besari, Terlebih di Malam Jumat Kliwon

Masjid Jami' Tegalsari selalu ramai dikunjungi warga dari berbagai daerah. Ribuan warga tersebut, datang untuk mengikuti istighozah dan berziarah.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Ramainya Aktivitas di Masjid Kuno Kyai Ageng Muhammad Besari, Terlebih di Malam Jumat Kliwon
Surya/Rahadian Bagus
Masjid Tegalsari, masjid kuno yang dibangun Kyai Ageng Muhammad Besari di Ponorogo. SURYA/RAHADIAN BAGUS 

TRIBUNNEWS.COM, PONOROGO - Masjid Tegalsari secara administratif terletak di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.

Masjid ini menyatu dengan pondok pesantren dengan luas tanah 45000 m².

Apabila diamati dari depan, tidak tampak sebagai masjid kuno yang bersejarah, sebab pada bagian depan masjid telah dibangun bangunan baru.

Namun jika dilihat dari dalam, tampak struktur bangunan dari kayu jati berusia ratusan tahun.

Dulunya Masjid jami' Tegalsari dikelilingi pagar tembok setinggi sekitar 1,5 meter. Sementara, bangunan pagar pada saat ini merupakan bangunan baru.

"Dulu juga terdapat parit dan kolam yang menuju ke arah sungai kayang di utara dan barat masjid, sekarang sudah tidak ada," kata Ketua Yayasan Kyai Ageng Muhammad Besari, Kunto Pramono (58), Jumat (9/6/2017) saat ditemui.

Kunto mengatakan, serambi masjid berbentuk segi empat berukuran 13,56 X 16,20 meter.

Berita Rekomendasi

Di dalamnya terdapat 12 tiang dari balok kayu jati. Pada dindingnya terdapat prasasti purna pugar dan juga kaligrafi.

Sementara itu, ruang utama masjid berbentuk bujur sangkar dengan luas sekitar 16,25 meter X 16,25 meter.

Di dalam ruang utama terdapat tiang kayu penyangga sebanyak 36. Dari jumlah itu, 22 tiang di antaranya berbentuk bulat dan 14 di antaranya berbentuk segi empat.

"Jumlah tiangnya 36, sama dengan rumah Kyai Ageng Muhammad Besari juga 36," jelasnya.

Mihrab atau tempat imam memimpin salat, berukuran sekitar 206 cm X 130 cm X 217 cm, di bagian atas terdapat ornamen ukir-ukiran kayu jati yang melengkung.

Sementara itu, mimbar untuk khotbah juga terbuat dari kayu jati dengan ukir-ukiran berwarna coklat tua berukuran panjang sekitar 2 meter X 1 meter.

Mimbar itu juga dilengkapi tongkat, namun kini tongkat tersebut diganti replika karena tongkat yang asli telah dicuri.

Kunto mengatakan, di sekitar Mihrab dan mimbar dianggap sengai tempat sakral, karena di tempat itu kerap dipakai Kyai Ageng Mohammad Besari berdoa.

Sementara itu bagian atap masjid beratapkan genteng berbentuk sirap terbuat dari kayu jati berukuran 50 cmX25cmX25cm.

"Aslinya genteng, namun ada pemugaran kemudian diganti sirap (kayu jati)," katanya.

Dikatakannya, terdapat tiga tingkatan atap atau yang memiliki filosofi tiga hal yang harus dimiliki umat Islam, yakni Iman, Islam, dan Ihsan.

Pada bagian atap paling atas terdapat tempayan terbalik yang merupakan peninggalan Kyai Ageng Muhammad Besari.
Tempayan dari tanah liat berdiamter sekitar satu meter itu dipasang pada bagian atap paling atas hingga menyerupai kubah.

Di bagian depan masjid, terdapat batu "bancik" yang ada di depan masjid konon diambil dari bangunan kerajaan Hindu Majapahit setelah kerajaan itu runtuh.

Batu tersebut, kata Kunto dulunya kerap dipakai Kyai Ageng Mohammad Besari duduk pada saat sholawat dan berdoa.
Bentuk permukaan tiga batu yang memiliki ukuran yang berbeda itu tidak rata.

Menurutnya, ada sejumlah pengunjung yang usil mengambil bagian dari batu untuk dibawa pulang.

"Kadang ada yang sengaja mengambil, nggak tahu bagaimana caranya. Makanya sebenarnya saya ingin itu agar ditutup saja," katanya.

Di samping masjid juga terdapat sumur. Sumur itu, kata Kunto tidak pernah kering, meskipun pada saat musim kemarau tiba.

Beberapa orang juga meyakini, air dari sumur itu mengandung khasiat.

Beberapa meter dari Masjid, di sebelah timur terdapat Surau dan juga kediaman atau rumah Kyai Ageng Mohammad Besari.

Sedangkan di bagian barat masjid terdapat makam agung, Kyai Ageng Mohammad Besari.

Di bagian utara masjid, dulunya digunakan sebagai pondok pesantren. Namun, bangunan yang ada saat ini merupakan bangunan baru.

Kunto menjelaskan, sudah sejak sekitar tahun 1900 kegiatan pondok sudah mulai pudar.

"Sekitar 1900 sudah mulai pudar, tidak ada lagi yang meneruskan. Ditambah lagi, pada saat itu masa penjajahan," imbuhnya.

Malam Jumat Kliwon
Masjid Jami' Tegalsari selalu ramai dikunjungi warga dari berbagai daerah. Ribuan warga tersebut, datang untuk mengikuti istighozah dan berziarah di makam Kyai Ageng Muhammad Besari.

"Biasanya ramai kalau pas malam Jumat Kliwon. Apalagi pas acara istighozah, bisa sampai ribuan," kata Ketua Yayasan Kyai Ageng Muhammad Besari, Kunto Pramono (58), Jumat (9/6/2017) siang.

Pada bulan Ramadan seperti saat ini, makam juga ramai dikunjungi oleh para peziarah. Selain itu, pada tanggal ganjil yakni 21,23,27 setiap akhir Ramadan juga diadakan istighozah.

Ia menjelaskan, ada beberapa kegiatan tahunan, bulanan, mingguan dan harian di Masjid Jami' Tegalsari.

Untuk kegiatan tahunan, yakni Tahlil Kubro dan ambengan peringatan Haul Kyai Ageng Mohammad Besari pada 13 selo Ba'da Isya.

Kemudian itikaf (Qiyamu lailati Ramadan) setiap malam ganjil pada akhir bulan Ramadan, salat sunah rajab pada malam Jumat pertama Ba'da Magrib pada Bulan Rajab, salat Ied pada Syawal/Dzulhijjah, shalawatan maulud pada Robiul Awwal pagi hari, dan juga ziarah.

Sedangkan kegiatan bulanan, yakni semaan Alquran bi An-nadhor setiap Ahad pon, dzikirul ghofilin pada malam Jumat kliwon Ba'da Isya, dan mujahadah qiyamu lail pada malam Selasa kliwon pukul 24.00, serta qodiriyah pada malam Senin kliwon ba'da Isya.

Untuk kegiatan mingguan, Mujahadah salat nawafil setiap Jumat ba'da magrib, bimbingan qiroatul quran setiap Kamis sore, dan ujud-ujudan setiap Jumat ba'da Subuh.

Sedangkan kegiatan harian, salat fardhu berjamaah pada waktu salat fardhu dan pengajian kitab kuning ba'da salat ashar dan salat isya. (Surya/Rahadian Bagus)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas