Warga Tolak Penguburan Jenazah Teroris, Orangtuanya Dilarang Kembali ke Dusun V
Jenazah Ardial Ramadhana (31), pelaku penyerangan di Mapolda Sumatera Utara (Sumut), urung dimakamkan di dekat tempat tinggal
Editor: Hendra Gunawan
Martua meninggal dengan meninggalkan seorang istri dan sembilan anak yang satu pun belum ada menikah alias berkeluarga. Anaknya masih kecil-kecil.
Tak Menyangka
Aksi Ardial menebar teror di Mapolda Sumut mengejutkan Budi, jemaah sebuah masjid di Medan. Budi mengaku kenal Ardial yang berjualan jus di dekat masjid.
Budi juga mengaku kerap bertemu Ardial saat salat Jumat. Pertemuan terakhir Budi dan Ardial terjadi sekitar sebulan sebelum Ramadan.
Pada pertemuan-pertemuan itu, Ardial dan Budi sering terlibat obrolan ringan. "Ardi suka menyapa saya. Bahkan dia kerap menanyakan kabar anak saya dan istri saya," katanya, Rabu kemarin.
Budi tidak menyangka, Ardial yang ramah tersebut memiliki paham yang berbeda dari kebanyakan umat muslim. "Di balik sikapnya yang ramah, ternyata Ardial menganut paham radikal," katanya.
Para tetangga juga tak menduga Ardial seorang teroris. Selama ini, Ardial dan orangtuanya tinggal di rumah kontrakan di Gang Dahlia, Dusun V, Desa Sambirejo Timur. Namun warga tak mengenalnya karena Ardial jarang bersosialisasi.
"Kalau pulang, selalu malam. Saya sendiri kurang begitu mengenal sosoknya seperti apa," kata Mega (43), penghuni rumah di depan rumah Ardial.
Wanita berambut pendek ini mengatakan, biasanya pagi‑pagi Ardial sudah pamit berangkat kerja ke orangtuanya. "Kalau pagi cuma lihat gitu aja, dia pamit sama mamaknya, lalu pergi," katanya. Mega menambahkan, sepengetahuannya, Ardial bekerja sebagai pedagang.
Sesekali, Mega dan Ardial berpapasan di depan rumah. Namun, keduanya hanya sebatas melempar senyum. "Selebihnya saya tidak tahu dia seperti apa. Hanya begitu saja yang saya tahu," ungkap Mega.
Hal senada juga disampaikan Kepala Dusun V, Sulisno (50). Menurutnya, keluarga Ardial belum lama tinggal di Dusun V. "Mereka belum lama tinggal di sini. Saya sendiri enggak begitu mengenalnya seperti apa," katanya.
Sepengetahuan Sulisno, Ardial tinggal bersama ayah tirinya, yang sering dipanggil Pak Tri. "Kami kaget begitu tahu dia teroris. Makanya kami sepakat untuk menolak kedatangan jenazahnya," kata Sulisno. (tribun medan/ray/wes)