Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gajah Purba di Grobogan Setinggi Atap Rumah dan Berat 12 Ton

Di balik tanah Dusun Kuwojo, Grobogan, tertanam fosil gajah purba utuh yang beratnya mencapai 12 ton dan tinggi badannya se rumah.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Gajah Purba di Grobogan Setinggi Atap Rumah dan Berat 12 Ton
Tribun Jogja/Setya Krisna Sumarga
Fosil gajah purba ditemukan di Dusun Kuwojo, Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan. TRIBUN JOGJA/SETYA KRISNA SUMARGA 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Setya Krisna Sumarga

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Fosil gajah purba ditemukan di Dusun Kuwojo, Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Temuan ini dinilai sangat menarik dan bisa menguak misteri kehidupan jutaan tahun lalu di wilayah tersebut.

Penyelamatan fosil dan situs di Banjarejo pun dilakukan serius dan kilat. Sejak 12 Juli 2017, tim penyelamatan diterjunkan ke lokasi guna menyingkap sejarah di balik temuan fauna vertebrata masa Plestosen ini. 

"Kita langsung bentuk tim penyelamatan, dan bergerak secepatnya mengingat penting dan langkanya temuan ini," kata Kepala Badan Pelestari Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMP) Sukronedi kepada Tribun Jogja pekan lalu di Banjarejo.

Grafis penemuan gajah purba di Grobogan, Jawa Tengah. TRIBUN JOGJA
Grafis penemuan gajah purba di Grobogan, Jawa Tengah. TRIBUN JOGJA (Tribun Jogja)

Baca: Mata Cangkul Mbah Rusdi Mengungkap Fosil Gajah Raksasa Banjarejo

Baca: Bumi Kuwojo Menyimpan Cerita Hidup Gajah Purba Jutaan Tahun Lalu

Berita Rekomendasi

Dianggap langka karena indikasi awal temuan fosil itu cukup lengkap menyangkut satu individu gajah purba jenis Stegodon Trigonocepalus.

Ini juga bisa dibilang temuan utuh pertama di Indonesia, sesudah temuan fosil lengkap Elephas di Blora beberapa tahun lalu.  

Dilihat dari ukuran tulang dan gadingnya yang diperkirakan mencapai 4 meter, postur fisik Stegodon ini tergolong raksasa. Beratnya bisa mencapai 12 ton dengan panjang badan sekitar 8 meter.

"Tingginya bisa mencapai empat setengah meter. Mungkin setinggi atap rumah umumnya, jika gadingnya saja sepanjang itu," tambah Sukronedi sebelum bertemu Bupati Sri Sumarni pekan lalu di pendopo Kabupaten Grobogan.

Fosil gading Stegodon sepanjang empat meter juga pernah ditemukan di situs Sangiran, Sragen, beberapa tahun lalu. Namun tak ada fosil organ tubuh lain yang menyertai temuan itu. 

Beberapa tahun lalu, tepatnya 18 Maret 2009, juga ditemukan fosil gajah purba, Elephas Hydrindicus, cukup lengkap di teras Bengawan Solo, Sungun, Blora. Fosil itu diekskavasi dan berhasil direkonstruksi tim Museum Geologi Bandung. 

Elephas Hydrindicus diyakini nenek moyang Elephas Maximus Sumatranus, gajah Sumatera sekarang ini. Di beberapa lokasi lain seperti situs Patiayam, Jekulo, Kudus, ada temuan fosil Stegodon, namun hanya beberapa bagian saja. 

Kemunculan Banjarejo sebagai lingkungan hunian fauna purba di masa Plestosen semakin dilengkapi temuan alat kerja batu yang diyakini dipakai manusia purba pada masa itu.

Alat kerja itu berupa bola batu berfaset, yabng juga ditemukan di Sangiran dan banyak situs purba lainnya. 

"Bola batu itu ditemukan saat penelitian BPSMP Sangiran di utara Dusun Nganggil. Ada setidaknya delapan (8) bola batu yang ditemukan di beberapa lokasi. Namun tidak semuanya ada jejak faset atau disayat, cara pembuatan bola batu oleh hominid purba dulu," jelas Taufik. 

Fosil purbakala di Desa Banjarejo
Fosil gajah purba ditemukan di Dusun Kuwojo, Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan. TRIBUN JOGJA/SETYA KRISNA SUMARGA

Wahyu Widiyanta, Ketua Tim Penyelamatan Fosil Gajah Banjarejo yang bekerja mulai 12 Juli 2017, mengamini, temuan bola batu berfaset itu sangat signifikan.

"Ini menandakan ada kehidupan hominid di Banjarejo, perkiraan saya kala Plestosen tengah," kata Wahyu.

"Bagi saya, Banjarejo ini sangat-sangat menarik. Baik secara akademis maupun kesejarahan purbakala. Selama ini temuan dan indikasi kuat hominid hidup dan berkembang di selatan zona Kendeng, atau di sepanjang cekungan Solo (Solo Depression)," kata Wahyu. 

"Namun fakta temuan di Banjarejo ini bisa memperbarui pengetahuan kita tentang sejarah kala Plestosen bawah hingga Plestosen tengah," imbuhnya.

"Bola batu berfaset itu umumnya merupakan alat kerja manusia purba, termasuk untuk berburu," papar arkeolog lulusan UGM ini. 

Keseriusan BPSMP Sangiran mengeksplorasi wilayah Banjarejo pun disambut baik Bupati Grobogan Sri Sumarni.

Fosil Gajah Purba Raksasa yang ditemukan di Banjarejo, Grobogan. Temuan ini diyakini bakal mengungkap misteri besar kehidupan jaman purba. Insert: perbandingan ukuran stegodon dengan tinggi manusia normal (devianArt). TRIBUN JOGJA/SETYA KRISNA SUMARGA
Fosil Gajah Purba Raksasa yang ditemukan di Banjarejo, Grobogan. Temuan ini diyakini bakal mengungkap misteri besar kehidupan jaman purba. Insert: perbandingan ukuran stegodon dengan tinggi manusia normal (devianArt). TRIBUN JOGJA/SETYA KRISNA SUMARGA

Di hadapan Kepala BPSMP Sangiran Sukronedi, Rabu (12/7/2017) lalu, Sri Sumarni berjanji menyiapkan pengembangan situs itu. 

Termasuk membangun museum penyimpan koleksi serta museum lapangan di lokasi temuan fosil Stegodon di Dusun Kuwojo.

Ia telah memerintahkan Kepala Bappeda dan Dispora Grobogan untuk menyusun kajian dan usulan kongkret, hingga perencanaan biayanya. 

Banjarejo memang belum banyak diketahui umum, termasuk kalangan arkeolog dan peneliti. Namun temuan terakhir fosil Stegodon yang relatif utuh ini bisa mengubah segalanya.

"Tak hanya sejarah purba, Banjarejo ini punya riwayat lengkap," lanjut Wahyu Widiyanta.

"Kekayaan sejarah Banjarejo ini ada jejaknya mulai zaman purba, klasik, Islam, hingga modern. Ada temuan kubur kuno zaman megalitik (kubur budo), hunian klasik masa Hindu/Budha, hingga masuknya Islam hingga sekarang," ucap dia.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas