Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

15 Jam Lamanya Perjalanan Katingting Menuju Puskesmas, Nyawa Basran Tak Terselamatkan

Basran (19) meninggal di Puskesmas Wera, Jumat (4/8/2017) tepat pukul 01.05 Wita setelah memilih berobat ke Provinsi Bima.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in 15 Jam Lamanya Perjalanan Katingting Menuju Puskesmas, Nyawa Basran Tak Terselamatkan
Tribun Timur/Munjiyah
Kapal yang mengangkut warga asal Pulau Matalaang, Desa Sabalana Kecamatan Liukang Tangaya Kabupaten Pangkep, Sulsel meninggal dunia di Puskesmas Wera, Jumat (4/8/2017). TRIBUN TIMUR/MUNJIYAH 

TRIBUNNEWS.COM, PANGKEP - Warga asal Pulau Matalaang, Desa Sabalana, Kecamatan Liukang Tangaya, Kabupaten Pangkep, Sulsel, Basran meninggal di Puskesmas Wera Provinsi Bima.

Basran (19) meninggal di Puskesmas Wera, Jumat (4/8/2017) tepat pukul 01.05 Wita setelah memilih berobat ke Provinsi Bima ketimbang menuju Kota Pangkajene Kabupaten Pangkep, Sulsel dengan waktu tempuh kurang lebih 20 jam.

Basran menderita panas tinggi dan didiagnosa infeksi komplikasi yang mengakibatkan penurunan kesadaran berdasarkan keterangan dokter yang bertugas di Puskesmas tersebut.

Tetangga korban, Madiana dikonfirmasi TribunPangkep.com membenarkan kejadian yang menimpa Basran.

"Iya meninggal Jumat kemarin dan kebetulan itu sepupunya temanku juga. Memang jaraknya jauh dari Pulau Matalaang ke Pangkep makanya warga disini lebih pilih ke Bima karena agak dekat," ujar Madiana, Sabtu (5/8/2017).

Basran diantar keluarganya, Rabu (2/8/2017) dari Pulau Matalaang tanpa berbekal BPJS, tanpa KIS dan tanpa jaminan apapun kecuali Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Basran dan keluarganya harus menempuh jarak 10 hingga 15 jam dengan bermodalkan katingting (sampan kecil) dengan panjang sekitar 5 meter menggunakan mesin kecil, tanpa lampu, tanpa atap yang memadai.

Berita Rekomendasi

Menggunakan sampan ukuran kecil dengan kapasitas 10 penumpang tersebut Basran dan keluarganya harus melewati dinginnya malam di tengah laut.

Saat sampai di Puskesmas Wera Bima, ayah Basran juga harus menerima perawatan medis karena kelelahan setelah semalaman harus terjaga dan fokus mengendalikan katinting.

Namun setelah mendapat perawatan di Puskesmas tersebut, Basran tidak dapat diselamatan akhirnya keluarga kembali ke Pulau Matalaang Pangkep bersama jenazah dengen menempuh perjalanan 15 jam.

Kisah pilu perjalanan berobat Basran diceritakan Dosen Asal Bima, Rangga Babuju melalui akun Facebook-nya sesuai hasil wawancara dokter Vetty yang menangani Basran.

Sumber: Tribun Timur
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas