Peringatan, Jangan Pernah Memaksakan Diri Finish Marathon
Di sepanjang jalur MBM 2017, terdapat 14 titik medis, di mana setiap titiknya terdapat dua orang tenaga medis
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak semua dari 9000 peserta Maybank Bali Marathon (MBM) 2017, adalah mereka yang mempersiapkan diri dengan baik.
Lead Project Manager MBM 2017, Wahyu Qurnia Pisca Rizky, mengakui berbagai tantangan dan keunikan yang ditawarkann MBM, telah menarik banyak pelari.
Sebagian dari mereka, adalah pelari yang hanya berharap pengalaman lomba, dan sayangnya tidak mempersiapkan diri dengan baik.
"Banyak yang tidak mempersiapkan diri seperti atlet profesional, mereka bilang gue bukan atlet profesional kok, gue mau senang-senang. Ya tidak apa-apa, tapi kan lari marathon itu bukan seperti jalan ke supermarket," ujarnya kepada wartawan di lokasi pengambilan Racepack atau perelengkapan pelari di Taman Bhagawan, Tanjung Benoa, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Sabtu (26/8/2017).
Penyelenggaran MBM 2017 sudah mengantisipasipelari-pelari semacam itu.
Ia menyebut pihaknya sudah mempersiapkan agar pelari bisa nyaman, mulai dari menyediakan lebih dari 200 orang marshal atau pelari yang mengawal para peserta, meyediakan 'water station' di setiap 2,5 kilometer si sepanjang jalur agar peserta terhidrasi dengan baik, hingga menyediakan tim medis.
Di sepanjang jalur MBM 2017, terdapat 14 titik medis, di mana setiap titiknya terdapat dua orang tenaga medis yang sudah mendapatkan pelatihan dengan baik.
Mereka bisa menangani gangguan kesehatan para pelari, mulai dari heatstroke atau serangan panas, sakit perut, dan mereka bisa menilai kapan pelari harus dievakuasi.
"Selain ada delapan unit ambulan, kita juga ada helikopter. Mudah-mudahan kami tidak gunakan helikopternya, tapi kalau memang dibutuhkan untuk evakuasi, kami siap," ujarnya.
Untuk menghindari gangguan kesehatan, menurutnya yang paling utama adalah kesadaran dari masing-masing pelari.
Ia menyebut setiap pelari harus sadar atas batasnya masing-masing, dan jangan pernah memaksakan diri, jika hanya berujung pada gangguan kesehatan yang akan merugikan sang pelari itu sendiri.
"Saya sendiri sering cidera, itu karena memaksakan diri, saya tidak mendengar kata hati saya. Seharusnya kalau memang perasaan sudah tidak enak, ya sudah, tidak masalah," ujarnya.
Baca: Mendagri Tjahjo Kumolo Hadiri Workshop Nasional Partai Golkar
Gejala-gejala yang harus diperhatikan adalah otot-otot di betis jika sudah mulali terasa berat di tengah lomba, serta nafas yang semakin berat.
Menurutnya setiap pelari harus memperhatikan hal tersebut, dan jujur pada diri sendiri jika memang sudah tidak kuat untuk menyelesaikan lomba.
Lomba rencananya akan dimulai besok, Minggu (27/8), pada pukul 05.00 WIB untuk kelas full marathon (FM), atau yang berlari lebih dari 42 kilometer.
Untuk kelas FM, panitia menunggu peserta di garis finish hingga pukul 12.00 WIB.
Mulai dari pukul 11.00 WIB, dari titik start mobil penyapu akan menyisir peserta yang masih tercecer di jalan, untuk dibawa ke titip finish. Mereka yang tersapu, akan dianggap gagal finish.