Ganjar Tiba-tiba Mencopot Jam Tangannya Lalu Diberikan kepada Santri yang Ingin Menjadi Hacker
Yusuf mendapat hadiah jam tangan dari Ganjar setelah menjawab pertanyaan dari gubernur terkait upaya mencegah ujaran kebencian dan radikalisme.
Editor: Dewi Agustina
![Ganjar Tiba-tiba Mencopot Jam Tangannya Lalu Diberikan kepada Santri yang Ingin Menjadi Hacker](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/gubernur-jawa-tengah-ganjar-pranowo-di-ponpes-jepara_20170827_121957.jpg)
Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Nur Huda
TRIBUNNEWS.COM, JEPARA - Kunjungan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin, Balekambang, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Sabtu (26/8/2017), nampaknya tak akan dilupakan santri Ma'had Ali, Fikri Muhammad Yusuf.
Yusuf mendapat hadiah jam tangan dari Ganjar setelah menjawab pertanyaan dari gubernur terkait upaya mencegah ujaran kebencian dan radikalisme yang merebak di media sosial.
Awalnya, Yusuf menjawab secara guyon. Namun, saat Ganjar menegaskan lagi jawaban yang diharapkan, Yusuf terlihat berpikir.
Kemudian, dia menjawab secara lantang keinginannya menjadi hacker.
"Saya akan gunakan kemampuan menjadi hacker untuk melawan, menghancurkan situs dan akun penyebar berita hoaks serta radikalisme," kata Yusuf mantap.
Menurut Yusuf, saat ini, dia telah berusaha mencegah penyebaran berita hoaks di ranah media sosial. Jika mendapati berita yang tak benar, dia memberi pemahaman dan penjelasan kepada pengguna media sosial.
"Saya juga berinisiatif mengajak teman-teman melawan informasi hoaks di media sosial di kolom komentar," terang Yusuf.
Jawaban Yusuf ini membuat Ganjar terkesan. Tanpa basa-basi, dia langsung mencopot jam digital merek Garmin warna hitam yang dipakai di tangan kiri. Jam itu langsung diserahkan Ganjar kepada Yusuf.
Baca: Kelompok Saracen Punya Kecerdasan di Atas Rata-rata
"Ya wes, ini tak kasih jam, pas nggak bawa hadiah ya sudah ini saja," kata Ganjar sembari mencopot jam tangan.
Ganjar mengatakan, saat ini, konten yang mengumandangkan kebencian, radikalisme, fitnah, telah merebak di media sosial.
Sudah saatnya, orang baik dan orang pintar tidak diam. Mereka harus terlibat aktif memerangi apalagi ada pihak yang sengaja menyebar informasi fitnah dan kebencian.
"Kalau yang difitnah pak gubernur, bahwa pak gubernur rambutnya hitam, itu jelas, itu nggak sakit hati saya. Tapi, kalau yang difitnah presiden, nggak bisa dong," tegasnya.