Gara-gara Sholat, Siswa SMA di Semarang Dipukuli Guru Hingga Dijahit 5 Jahitan
Seorang siswa inisial S mendapat perlakuan menyakitkan. Dia dipukuli oleh guru ekstrakurikuler basket SMAN 6 Semarang inisial G.
Editor: Sugiyarto
Adanya laporan ke Polrestabes tersebut, siswa tersebut mendapat ancaman dan perisakan (bullying) dari kakak kelas.
"Anak saya dibully, diancam, di SMS, dan disindir-sindir. Dibilang banci lah, dibilang gentho. Karena itu anak saya sudah tidak masuk empat hari ini."
"Anak saya trauma berat. Anak saya berubah drastis. Tetap belajar di rumah tapi sambil meneteskan air mata. 'Kenapa saya dibeginiin' dia bilang begitu. Lihat lapangan basket saja dia ngga kuat," tuturnya.
DH berharap kasus anaknya menjadi pelajaran bagi pihak sekolah untuk selalu mengawasi kegiatan muridnya termasuk saat kegiatan ekstrakulikuler.
"Kalau nggak kami laporkan, pihak sekolah tidak tahu. Kegiatan ekstrakulikuler kan masih di lingkungan sekolah. Masih menjadi tanggung jawab sekolah," ujarnya.
Untuk menghilangkan trauma, DH meminta bantuan Dinas Pendidikan Provinsi untuk memindahkan sekolah yang sederajat.
"Saya akan pindahkan ke sekolah lain yang sederajat. Ini demi perkembangan anak saya. Saya ingin anak saya kembali semangat sekolah," tegasnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Semarang, Bambang Suronggono bertemu orangtua S dengan Sekretaris Disdikbud Provinsi Jateng, Mulyono.
Pertemuan itu sebagai upaya menjembatani untuk hilangkan trauma si siswa.
Mulyono mengatakan telah mengumpulkan pihak sekolah dan korban untuk mendapatkan informasi yang utuh sehingga bisa secara cepat mengambil keputusan selanjutnya.
“Kami juga telah memberikan sentuhan psikologis korban dari ahlinya. Berdasarkan hasil pendampingan, kondisi korban sudah mulai mereda,” ungkapnya.
Setelah mendapatkan informasi secara utuh dari pihak sekolah dan korban, Dinas Pendidikan memberikan dua opsi bagi korban yakni tetap bersekolah di SMAN 6 Semarang dengan diberikan pengawasan dan pendampingan dan memfasilitasi korban untuk pindah sekolah ke tempat lain.
“Pelaku pemukulan, G sudah dipecat dari sekolah. Jika masih nyaman di sekolah lama, kami akan mengawal dalam pendampingan. Kalau tidak mau, kami sudah mencari sebuah sekolah yang sejajar, jauh dari masyarakat SMAN 6 Semarang, dan ketersediaan formasi kursi,” ujarnya.
Mulyono mengatakan saat ini perlu mengedepankan kepentingan S agar psikologis kembali seperti sediakala.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.