Rumah Relokasi Warga Terdampak Bandara Belum Seluruhnya Selasai
Pembangunan hunian relokasi bagi warga terdampak pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Temon masih belum rampung
Editor: Sugiyarto
![Rumah Relokasi Warga Terdampak Bandara Belum Seluruhnya Selasai](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/suasana-pembangunan-hunian-relokasi_20170910_201818.jpg)
Laporan Reporter Tribun Jogja, Singgih Wahyu Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Pembangunan hunian relokasi bagi warga terdampak pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Temon masih menyisakan banyak rumah yang belum siap huni.
Padahal, masa kontrak konsultan pendamping pembangunan sudah berakhir pada 8 September 2017 tanpa perpanjangan waktu.
Koordinator Konsultan Pendamping Pembangunan Rumah Relokasi dari PT Tri Patra, Arief Bowo mengatakan bahwa masa kerja pihaknya sudah berakhir pada Sabtu (8/9/2017) lalu.
Selanjutnya, pendampingan terhadap warga diserahkan kepada pemerintah daerah.
Hingga masa kontrak konsultan berakhir, progres pembangunan diklaim sudah mencapai 91 persen dan tinggal finishing.
"Menurut pandangan kami, ini (pembangunan relokasi) sudah bisa jalan sendiri. Kami kan hanya pendampingan untuk bangunan rumahnya."
"Yang terpenting semua sudah berjalan berikut struktur tahan gempanya. Untuk pekerjaan lanjutan ada kontraktor sendiri yang menangani, misalnya bikin talud dan drainase yang sekarang sudah mulai. Jalan dan fasilitas umum-sosial nanti dibangun pemda pada 2018," kata Arief, Minggu (9/9/2017).
Menurutnya, bangunan disebut layak huni apabila sudah memenuhi unsur kerapatan bangunan (berdinding dan beratap), terpasang instalasi listrik, dan ketersediaan air bersih.
Instalasi listrik menurutnya sudah tersambung ke tiap rumah yang telah beratap.
Sedangkan untuk air bersih kebanyakan warga membuat sumur bor meski ada beberapa warga di lahan relokasi Janten yang berniat menyambungkan PDAM karena air sumurnya tidak terlalu bagus.
Dia justru mengeluhkan sikap warga yang tidak bisa diajak bekerja cepat menyelesaikan rumahnya.
Pasalnya, warga cenderung menginginkan rumahnya tidak hanya sekadar siap huni tapi juga selesai secara sempurna.
Misalnya, ketika dinding sudah terpasang, warga tidak segera memasang pintu atau membuat ruang dapur namun malah memplester dinding terlebih dulu atau bahkan membuat pagar dan pekerjaan lainnya yang bersifat finishing.
Padahal, warga jelas diburu waktu untuk segera keluar dari lahan pembangunan bandara.
Sikap seperti ini membuat pprgram relokasi cenderung molor.
"Definisi siap huni yang kita buat kan kondisi minimalis karena ada target waktu warga harus segera dipindah."
"Namun, mereka cenderung ngga mau buru-buru dan bersantai saja karena banyak warga memang punya rumah lain di luaran sana."
"Yang kejar waktu itu justru yang tidak punya rumah selain di relokasi itu. Memang kondisinya berbeda dengan program relokasi warga terdampak bencana di Sleman dan Bantul. Kalau di sini kan warga jelas punya uang jadi ya semau-maunya saja," kata Arief.(TRIBUNJOGJA.COM)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.