Warga Buyat Minahasa Tenggara Sempat Ditolak saat Pindah ke Desa Trans Patoa Bolsel
Berpindah dari Buyat, Minahasa Tenggara ke Desa Trans Patoa, Kecamatan Helumo, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) bukan sesuatu yang mudah.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM - Berpindah dari Buyat, Minahasa Tenggara (Mitra) ke Desa Trans Patoa, Kecamatan Helumo, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) bukan sesuatu yang mudah.
Saat datang dan menetap di Desa Trans Patoa, awalnya warga setempat menolak mereka karena takut terjangkit penyakit menular yang dibawa.
Karena saat itu, opini yang berkembang mereka terjangkit penyakit benjol-benjol yang dicurigai gejala Minamata.
Eks warga Kampung Buyat ini sudah telanjur teropinikan saat itu telah tercemar limbah tambang yaitu, Mercuri.
Desa Trans Patoa ini hanya berjarak satu kilometer dengan Desa Duminanga.
Di desa ini berdiri bangunan semi permanen bantuan pemerintah.
"Desa ini pecahan dari Duminanga dan ditempati warga Eks Kampung Buyat," ujar Afni Lohor, yang juga pindahan dari Buyat.
Baca: Hotman Paris Dianggap Piawai oleh Media Asing: Dicintai Konglomerat Lokal, Ditakuti Kreditor Asing
Diceritakannya, mereka berpindah ke Trans Patoa pada tahun 2005 secara bersama-sama. Saat ini ada sekira 90 Kepala Keluarga (KK) yang pindah beramai-ramai.
Pada awal berpindah mereka selama beberapa bulan mendapat bantuan dari KKTB yang merupakan gabungan beberapa Yayasan.
"Awalnya kita pindah dalam kondisi yang sulit, hanya pakaian di badan yang melekat," kata dia.
Untuk bertahan hidup di Desa Trans Patoa, mereka harus meminjam tanah milik warga Duminanga untuk bercocok tanam.
"Apa saja kita tanam, aturannya hasil dibagi dua," kata dia.
Derita sebagai pengungsi benar‑benar mereka rasakan. Bagaimana tidak, selama menjadi pengungsi mereka jarang menikmati enaknya beras.