Warga Buyat Minahasa Tenggara Sempat Ditolak saat Pindah ke Desa Trans Patoa Bolsel
Berpindah dari Buyat, Minahasa Tenggara ke Desa Trans Patoa, Kecamatan Helumo, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) bukan sesuatu yang mudah.
Editor: Dewi Agustina
"Waktu itu tanaman tanah seperti umbi‑umbian jadi makanan pokok kami," kata dia.
Meski mengaku kesulitan, pertama datang ke Desa Trans Patoa, mereka tak berpikir lagi kembali ke Buyat, melainkan terus berusaha agar bangkit dari keterpurukan tersebut.
Apalagi kata dia, mereka dulu pernah disebut membawa penyakit berjangkit yang membuat mereka seperti diisolasikan. Sehingga beberapa desa terdekat di Buyat menolak kehadiran mereka.
"Dulu ada yang sakit dan benjol‑benjol di tubuhnya, tapi seiring berjalannya waktu tidak ada lagi yang sakit seperti itu," kata dia.
Arnas Mohi (35) warga eks Buyat, mengatakan keadaan yang dulu dan sekarang sudah berubah.
"Karena mengonsumsi air bersih dan makanan bersih semua sudah sehat," jelasnya.
Di Desa Trans Patoa mereka telah memiliki kehidupan yang baru dimana pertanian dan kelautan menjadi sumber penghasilan mereka.
Diakuinya saat awal-awal pindah banyak yang memilih kembali ke Buyat dengan alasan kesulitan mencari nafkah.
"Dulu penyakit tidak masuk akal sering muncul di Buyat," kata dia.
Selain berterima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) atas segala bantuan yang diberikan, mereka juga berterima kasih kepada donatur atas segala bantuan yang diberikan.
"Kami sudah bahagia disini, dengan segala kondisi yang ada. Apalagi Pemerintah daerah membantu kami, mulai dari bibit tanaman, peralatan pertanian, nelayan, dan sebagainya," ujarnya.(felix)