Warga Berbondong-bondong Berharap Berkah Lewat Ruwat Sukerta
Satu per satu para peserta masuk ke dalam tempat siraman. Di sini, air yang digunakan bukan sembarang air.
Editor: Dewi Agustina
Sebab, mereka masih harus menyaksikan pagelaran wayang kulit dengan lakon Lahire Mahesa Sura.
Pemangku Adat Ki Wiro Kadeg Wongso Jumeno mengatakan, ruwatan ini merupakan laku budaya Jawa yang sudah ada sejak zaman dahulu, yakni Kerajaan Majapahit.
Ruwatan adalah ikhtiar manusia untuk memohon kepada Tuhan supaya dihilangkan dari kesialan hidup dan dikabulkan cita-cita atau keinginannya melalui sarana atau laku budaya.
"Ritual ruwat sebenarnya tidak harus dilakukan pada saat Suro, tapi karena ini bertepatan dengan Suro atau tahun baru umat Islam, jadi alangkah baiknya kita meminta yang baik-baik kepada Tuhan di tahun yang baru ini," katanya.
Sementara itu, Agus Subagio seorang peserta ruwat asal Surabaya mengaku baru pertama kali mengikuti ruwat seperti ini.
Pria 53 tahun yang mengajak seluruh anggota keluarganya ini pun, mempunyai harapan tersendiri.
"Ingin usahanya dilancarkan dan tentunya mengharapkan keberkahan serta dijauhi dari malapetaka," katanya.
Hal senada juga dikatakan oleh Muhammad Yunus. Meski asli warga Trowulan, Yunus mengaku baru pertama kali mengikuti ruwatan.
Kali ini, justru kedua anaknya yang diikutkan ruwat, dengan harapan dapat mengajarkan budaya tradisional Jawa yang dimiliki.
"Selain mengharapkan yang baik-baik, saya juga ingin mengajarkan kedua anak saya kalau orang Jawa punya tradisi seperti ini," tegas pria 36 tahun ini. (Surya/Rorry Nurmawati)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.