Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Pria Bumiayu Kumpulkan Ribuan Fosil Berumur Jutaan Tahun

Dari penemuan itu sebenarnya bisa diduga bahwa daerah Bumiayu memiliki kandungan fosil-fosil binatang purba yang sangat berharga.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kisah Pria Bumiayu Kumpulkan Ribuan Fosil Berumur Jutaan Tahun
Tribun Jabar/Hermawan Aksan
Rafli Rizal (kiri) dan Karsono Haryo S menjelaskan museum dan koleksi fosil yang mereka kelola kepada para siswa sebuah SMK di Museum Buton, Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Jumat (22/9). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hermawan Aksan

TRIBUNNEWS.COM, BUMIAYU - Kalau kita mengunjungi Museum Geologi Bandung, akan kita dapati antara lain fosil kura-kura raksasa (Geochelon atlas) dan fosil gajah purba (Sinomastodon bumiajuensis), yang ditemukan pada 1920 oleh dua paleontolog Belanda, Dr. F.H. Van der Maarel dan Dr. Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, di daerah Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Baik kura-kura raksasa maupun gajah purba hidup sekitar 2 juta tahun yang lalu.

Dari penemuan itu sebenarnya bisa diduga bahwa daerah Bumiayu memiliki kandungan fosil-fosil binatang purba yang sangat berharga.

Namun, semenjak era Van der Maarel dan von Koenigswald, dalam rentang waktu yang panjang, belum ada penelitian dan penemuan yang setara nilainya.

Sesekali memang ada penelitian oleh para mahasiswa, misalnya dari Unpad, tapi belum dikabarkan ada penemuan yang fenomenal.

Barulah pada akhir 2013, H. Rafli Rizal, seorang warga Bumiayu, mencoba menyambung rantai yang terputus. Rizal, yang sehari-hari mengelola toko pakaian miliknya, terpicu setelah anak pertamanya, Wildan, kuliah di Jurusan Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta.

Meski tanpa pengetahuan tentang keilmuan yang berkaitan, Rizal meminta Karsono Haryo S, seorang kenalannya yang juga warga Bumiayu, untuk mencari fosil hewan di sekitar lokasi penelitian Van der Maarel-Von Koenigswald. Sebelumnya, Karsono dikenal sering mencari fosil kayu untuk dijual sebagai bahan batu akik.

Berita Rekomendasi

“Kami berhasil menemukan fosil gigi hewan. Fosil itu kemudian dibawa Wildan ke UPN untuk diteliti oleh para ahli. Hasil penelitian menyebutkan itu fosil gigi Elepas, salah satu jenis gajah purba yang hidup sekitar satu juta tahun yang lalu,” kata Rizal kepada Tribun di Museum Buton miliknya di Bumiayu, Jumat (22/9).

Hasil penelitian itu menyemangati Rizal, Karsono, dan beberapa warga yang kemudian membentuk satu tim pencari fosil. Setelah itu, mereka menemukan sejumlah potongan fosil lain. Tiap hasil penemuan itu dibawa ke UPN untuk diteliti.

Pada 2015, mereka mengikuti pameran di Bumiayu Fair, memamerkan kepada masyarakat penemuan-penemuan mereka. Bupati Brebes, Hj. Idza Priyanti, yang mengunjungi stan mereka, berjanji akan membantu mewujudkan sebuah museum yang representatif. Janji itu tentu saja menambah semangat tim yang dipimpin Rizal.

“Mula-mula saya menyimpan fosil-fosil itu di gudang toko saya, tapi tak lama gudang itu tidak mampu menampung. Kami kemudian memindahkan fosil-fosil itu ke garasi rumah saya dan sebagian ditata di etalase,” kata Rizal.

Pada akhir 2016, lelaki berusia 50-an tahun itu membangun sebuah museum mini di sebelah garasi rumahnya, sebelum museum yang diangankan berdiri. Museum mini itu berukuran sekitar 8 x 12 meter persegi diberi nama Museum Buton (singkatan dari Bumiayu-Tonjong, dua wilayah tempat fosil-fosil itu ditemukan).

Ada sejumlah etalase, untuk menyimpan terutama fosil dan artefak yang sudah diidentifikasi Balai Arkeologi Yogyakarta. Tembok-temboknya diberi sejumlah poster yang berisi informasi tentang sebagian koleksi museum. Semua biaya, sejak pencarian fosil hingga pembangunan museum, berasal dari kocek pribadi Rizal.

Museum ini pun mulai dikenal masyarakat setelah diunggah ke media sosial. Para mahasiswa Universitas Peradaban Bumiayu dan para siswa sekolah-sekolah di seputaran Bumiayu sudah mengunjungi museum ini.

Jumat pagi lalu, misalnya, rombongan siswa kelas X SMK Islam Jipang, Kecamatan Bantarkawung, Brebes, mengunjungi museum, dipimpin guru sejarah mereka, Delita Ayu Melin.

“Museum Buton ini sangat baik, terutama untuk membantu para siswa dalam proses pembelajaran. Para siswa jadi tahu bentuk asli fosil, artefak, hasil kebudayaan, dan lain-lain,” kata Melin kepada Tribun.

Melin berharap agar fosilnya dilengkapi dengan keterangan yang lebih lengkap.

“Fosil-fosilnya hendaknya ditata sesuai dengan spesies atau tahun ditemukannya, agar lebih tertata dan mempermudah pengunjung ketika mencari informasi. Untuk sarana publikasi, bisa dibuat video tentang Museum Buton, mulai dari sejarah, koleksi fosil, lokasi museum, dan profil pengurus museum. Videonya bisa di-share di berbagai media sosial,” kata lulusan Universitas Negeri Semarang berusia 25 tahun ini.

Guna mewjudkan angan membangun museum yang memadai, setidaknya bertaraf nasional, Rizal dan timnya sudah berusaha meminta bantuan berbagai pihak yang berwenang. Dalam kaitan itu, Kamis (21/9), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunjungi museum itu dan berjanji membantu meskipun belum eksplisit bentuk bantuannya.

Mengenai jumlah potongan fosil koleksi Museum Buton, Karsono tidak bisa menyebut angka pasti.

“Sudah ribuan. Yang sudah diidentifikasi oleh Balar Yogya saja sekitar seribu. Yang belum diteliti jauh lebih banyak,” kata Karsono, pria berusia 49 tahun yang sudah memiliki sertifikat sebagai pelestari setelah mengikuti workshop konservasil fosil di Solo pada Agustus 2016.

Ribuan potongan fosil itu berasal dari 14 item hewan purba, antara lain Sinomastodon, Stegodon, Elephas, kuda nil (kuda air), badak purba, kerbau purba, dan banteng purba, serta bermacam fosil binatang laut, yang menunjukkan bahwa kawasan itu dulunya pernah berupa lautan.

Selain fosil hewan, koleksi museum ini juga mencakup sejumlah artefak yang diduga sebagai perkakas manusia purba, antara lain benda berbentuk pisau dan mata tombak, yang dibuat dari tulang.

Karsono pun mengaku menyimpan di rumahnya fosil yang menurutnya lebih berbarga, yaitu fosil potongan tengkorak dan gigi yang diduga manusia purba.

“Kami masih menunggu penelitian para ahli untuk memastikan apakah fosil itu benar-benar fosil manusia purba,” kata Karsono. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas