Ketika Para Pembalap dari Berbagai Negara Kenakan Sarung dan Songkok
Pembalap dari berbagai negara di International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI), mengenakan sarung dan songkok.
Editor: Dewi Agustina
Selain itu menurut Michael, yang membuatnya senang berada di Banyuwangi, adalah masyarakatnya yang ramah-ramah.
Bahkan menurut Commissaire asal Jepang, Tsunenori Kikuchi, Banyuwangi memiliki tradisi dan alam yang lebih baik dari Jepang.
"Banyuwangi memiliki banyak tradisi, dan pesona yang alam yang indah. Lebih bagus dari Jepang. Saya belajar banyak dari Banyuwangi. Suatu saat saya ingin kembali ke Banyuwangi, kata Kikuchi.
Pembalap asal Skotlandia, Matt Zennovich, mengaku tertarik dengan sarung, karena mirip dengan pakaian adat dari negaranya.
"Sarung itu unik, saya jadi teringat pakain dari negara saya," kata Zennovich.
Pembalap asal Italia, Davide Rebellin mengatakan, merasa bahagia dan terhormat selama berada di Banyuwangi.
Baca: KPK Pantas Kalah karena tidak Teliti dan Cermat dalam Administrasi Penyelidikan dan Penyidikan
Pembalap berusia 46 tahun itu mengaku pertama kalinya ke Banyuwangi.
"Saya bersama tim sangat bahagia berada di Banyuwangi. Banyak hal baru yang saya dapat di sini," kata Rebellin.
Pembalap Uni Emirat Arab (UEA), Amir Kolahdouzhagh, mengaku bangga setelah melihat langsung tradisi islam di pesantren.
"Saya muslim, dan saya baru pertama kali melihat tradisi-tradisi Islam di pesantren Banyuwangi. Saya senang memakai sarung, dan akan saya bawa ke negara saya," kata Amir. (haorrahman)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.