Korban Pembantaian Westerling Ceritakan Detil Peristiwa yang Tewaskan 40.000 Jiwa
Belanda memeroleh informasi tersebut dari mata-mata Belanda yang sebagian orang Indonesia itu sendiri.
Editor: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, MAJENE - Adam (80) merekam detail peristiwa pembantaian 40.000 jiwa yang dilakukan pasukan Belanda di bawah komando Westerling di Galung Lombok, Kecamatan Tinambung, Polewali Mandar pada 1947 lalu.
Peristiwa itu masih menyisakan luka traumatik bagi keluarga korban.
Ditemui di rumahnya di Kampung Segeri, Kelurahan Baruga Dua, Kecamatan Banggae Timur, ia menceritakan pembantaian yang dilakukan di depan matanya tersebut.
Baca: Cerita Pegawai Balai Kota DKI, Diberangkatkan Umrah Prijanto Sampai Dapat Kue Tart dari Ahok
Adam mengisahkan, mulanya tentara Belanda mengumpulkan seluruh warga dari berbagai daerah di Kampung Segeri, Kelurahan Baruga Dua, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene. Salah satunya adalah sang ayah.
Target utama pembunuhan mereka adalah warga sipil yang dicurigai masuk tentara Indonesia.
Belanda memeroleh informasi tersebut dari mata-mata Belanda yang sebagian orang Indonesia itu sendiri.
Semua warga yang berada di sepanjang rute jalan dari Kampung Segeri hingga Tinambung yang dicurigai diseret serdadu Belanda ke Galung Lombok.
Di tempat ini, mereka dihabisi satu persatu, seperti kepala lingkungan, imam kampung, ulama, dan tukang jahit.
Baca: Cewek Ini Ungkap Alasan Denis Kancil jadi Pembalap dan Unggah Foto Keintimannya di Instagram
“Semua yang ditunjuk mata-mata langsung dihabisi,” kenang Adam, saksi mata pembantaian pasukan Westerling di Desa Galung Lombok Tinambung.
Sebelum pembantaian massal dilakukan, serdadu Belanda memisahkan antara wanita dan anak-anak.
Mereka kemudian mempertontonkan aksi pembunuhan keji terhadap warga yang tidak berdosa tersebut.
Saat pembunuhan massal selesai, tentara Belanda mendapat informasi jika tiga tentara mereka yang sedang menjalankan operasi di Kampung Tidolo tewas dibunuh pejuang setempat.