Kota Tegal Setiap Tanggal 22 Mei Memperingati Hari Kepenyairan, Ternyata Begini Kisahnya
Sastra telah berkembang. Baik populer, klasik, kontemporer, dan masih banyak lagi.
Editor: Sugiyarto
![Kota Tegal Setiap Tanggal 22 Mei Memperingati Hari Kepenyairan, Ternyata Begini Kisahnya](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/istri-almarhum-piek-ardijanto-soeprijadi_20171129_224017.jpg)
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Bare Kingkin Kinamu
TRIBUNNEWS.COM, TEGAL - Sastra telah berkembang. Baik populer, klasik, kontemporer, dan masih banyak lagi.
Bagaimana dengan tulisan-tulisan sastrawan Indonesia tahun 1966?
Apakah masih bisa dinikmati oleh generasi masa kini?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu memiliki jawaban tersendiri bagi para penikmat sastra.
Waktu tidak akan pernah memusnahkan sebuah buku.
Termasuk buku-buku kumpulan puisi Piek Ardjianto Soeprijadi.
Baca: Sugiarto Hendak Pulang ke Semarang saat Bonek Melempari Truknya Memakai Batu
Begini sekelumit puisi Piek yang berjudul Suatu Siang Dalam Bulan Puasa Di Kota Batik.
Puisi ini ia tulis untuk sahabatnya yaitu Taufiq Ismail.
Polisi jaga mengusir resah
Di samping empat lampu hijau merah
Sesekali mobil lewat
Orang mbarang nembang pindah tempat
Makin mengundang rasa kantuk
Pengemis tua terbatuk-batuk
Siapa yang pernah membaca Berawal dari Hudhud Hingga Negeri Kincir Angin?
Buku itu merupakan kumpulan puisi Piek.
Piek, begitu sapaan akrabnya merupakan budayawan kelahiran Magetan, 12 Agustus 1929.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.