Warga Diminta Tetap Waspadai Puncak Musim Hujan Meski Siklus Cempaka Hampir Berakhir
Siklon Tropis Cempaka yang sempat mengakibatkan cuaca ekstrem di DIY dinyatakan oleh BMKG telah punah dan menjadi tekanan rendah.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Siklon Tropis Cempaka yang sempat mengakibatkan cuaca ekstrem di DIY dinyatakan oleh BMKG telah punah dan menjadi tekanan rendah.
Meski begitu eks siklon tropis tersebut masih akan memberikan dampak cuaca 2 sampai 3 hari mendatang di DIY berupa hujan sedang hingga lebat disertai angin kencang dan petir dan mempengaruhi gelombang perairan selatan.
Keberadaan siklon tropis ke depannya memang masih berpotensi muncul, dimana saat ini ada badai siklon tropis Dahlia yang posisinya agak jauh dari Yogyakarta yakni di selatan Jawa Barat.
Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Djoko Budiyono menyebut dampak badai Dahlia tidak langsung bagi Yogyakarta.
Baca: PVMBG: Sinar Api di Puncak Gunung Agung Pertanda Lava Sudah di Permukaan
"Periode musim hujan di bulan November hingga Februari badai tropis atau siklon umumnya muncul di bagian selatan equator hingga di Australia. Biasanya di bulan Desember hingga Januari paling banyak siklon-siklon muncul. Namun tidak semua siklon berpengaruh terhadap cuaca ekstrem di DIY karena tergantung lokasi tumbuhnya siklon," kata Djoko kepada Tribun Jogja, Kamis (30/11/2017).
Berkaca dari Badai Cempaka sebelumnya dan potensi yang muncul ke depan, kewaspadaan harus terus dilakukan.
Tercatat dari analisis BMKG Yogyakarta, akibat Badai Cempaka pada 28 November 2017 yang lalu curah hujan di DIY sudah masuk kategori lebat di atas 100 milimeter per hari.
Baca: Pengacara Setya Novanto akan Diperiksa terkait Kepemilikan Senjata Api
Sementara itu di sebagian wilayah Bantul, Gunungkidul dan sebagian Sleman mencapai di atas 200 milimeter per hari.
Sementara itu, di Kota Yogyakarta meski Badai Cempaka telah reda, kesiapsiagaan terus dilakukan karena puncak musim hujan belum terjadi dimana diprediksi pada Januari hingga Februari.
Diketahui dampak badai Cempaka di Kota Yogyakarta merenggut nyawa tiga orang akibat talud yang longsor.
Plt Kepala BPBD Kota Yogyakarta, Agus Winarta mengatakan keberadaan kampung tangguh bencana menjadi andalan dalam hal ini.
Baca: BKSDA Aceh Tebang 70 Hektar Sawit Eks PT Agro Sinergi Nusantara
"Dari kami adalah kesiapansiagaan, karena kami selalu men-campaign risiko bencana artinya mengurangi risiko nyawa jiwa. Termasuk KTB (kampung tangguh bencana) juga kemampuan masyarakat untuk melakukan ketika terjadi (bencana) mereka mengevakuasi mandiri," kata Agus.
Menurut Agus, di daerah-daerah yang rawan bencana terutama di kawasan tepi sungai di Kota Yogyakarta sudah terbentuk KTB.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X berharap sebelum puncak musim hujan semua persiapan bisa dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kejadian bencana, terlebih status siaga darurat bencana sudah dikeluarka DIY.
"Dengan siaga bencana ini waktu sudah mepet bagaimana masyarakat ada pengungsi perlu memperbaiki yang rusak dan sebagainya. Harapan saya juga memperkuat struktur yang lain karena puncak musim hujan ini di Januari tahun depan. Sehingga harapan saya tidak ada kejadian ini lagi di Yogyakarta," kata Sultan saat mengunjungi lokasi talud longsor di Tegal Panggung, Kota Yogyakarta.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.