Hanya Tsunami Politik yang Bisa Kalahkan Ganjar
Calon gubernur incumbent dari PDIP itu tak mudah dikalahkan oleh kandidat lain yang ada di survei karena posisi elektabilitasnya
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Jika Pemilihan Gubernur pada Pilkada Jawa Tengah 2018 berlangsung normal, Ganjar Pranowo (GP) diprediksi akan lolos sebagai pemenangnya.
Calon gubernur incumbent dari PDIP itu tak mudah dikalahkan oleh kandidat lain yang ada di survei karena posisi elektabilitasnya sudah cukup perkasa dengan angka diatas 50% dalam berbagai simulasi.
Hanya tsunami politik yang bisa menumbangkan dan mengalahkan GP. Demikian analisis hasil survei terbaru Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA) terkait dengan preferensi pemilih dalam Pilkada Jawa Tengah.
Survei dilakukan pada 7- 14 November 2017 dengan menggunakan metode standard: multi stage random sampling. Seluruh pemilih Jawa Tengah dipilih secara random dengan wawancara tatap muka. Jumlah responden 440, dengan margin of error sebesar 4.8%.
"Dalam berbagai simulasi, mulai dari 23 calon, 12, 7, 5 dan 2 calon (head to head), Ganjar mengungguli jauh semua calon yang ada dengan rata-rata elektabilitasnya masih dibawah 10 persen. Semakin mengerucut jumlah calonnya, semakin meroket posisi elektabilitas GP," Toto Izul Fatah (Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI/Denny JA) menjelaskan, Jumat (1/12/2017).
Dijelaskan, dalam simulasi 12 calon misalnya, GP kokoh di posisi 50,9%. Begitu juga pada simulasi 7 calon, GP konsisten unggul dengan 56,0% dan 5 calon unggul 57,5%.
Sementara kandidat lain seperti Ki Enthus Susmono (7%), Musthofa (4,9%), Budi Waseso (4,9%), Bambang Sadono (4,8%), Ferry Juliantono (4,2%) dan Rustriningsih (4,0%). Yang lainnya, seperti Sudirman Said dan Marwan Jafar dibawah 4%.
Faktor yang membuat GP perkasa dan tak mudah dikalahkan adalah dukungan yang merata di aneka segmen demografis mulai dari suku, agama, pemilih partai, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, usia, dan jenis kelamin.
Begitu juga dukungan di segmen zona atau dapil. Faktor lainnya, GP juga ternyata memiliki tingkat kepuasan publik terhadap kinerjanya yang cukup tinggi, yaitu: diatas 70% (71,3% cukup puas dan 6,6% sangat puas). Meski begitu, GP bukan tanpa ancaman.
Toto menjelaskan, ada beberapa faktor potensial yang bisa menggoyahkan posisinya. Pertama, masih ada sekitar 59,2% pemilih yang berkategori soft supporter (pemilih cair, ragu dan masih bisa berbubah pilihannya).
Menurutnya, hal inilah yang sering disebut dengan lahan tak bertuan. Masih bisa diperebutkan oleh siapapun kandidat yang bertarung di Jawa Tengah.
"Walaupun, GP sudah cukup aman dengan angka 27% pemilih militannya (strong Supporter). GP harus mewaspadai kemungkinan adanya gerakan yang bisa mendowngrade dirinya karena kasus tertentu seperti E-KTP yang menyeret-nyeret namanya," Toto mengingatkan.
Jika GP terlibat dalam kasus tersebut, apalagi menjadi tersangka, lalu diketahui dan diyakini oleh mayoritas publik di Jateng, Toto yakin, bukan mustahil elektabilitasnya bisa rontok.
"Itulah, antara lain, yang sering disebut dengan Tsunami politik. Yaitu kasus-kasus moral seorang calon yang potensial menumbangkannya. Bisa isu selingkuh, Narkoba dan korupsi. Apalagi, dari temuan survei LSI, khususnya di Jateng, lebih dari 90% publik ingin gubernur yang dipersepsi bersih dari korupsi," ujarnya.
"Ini tentu akan menjadi ‘PR’ besar buat semua calon yang ingin bertarung di Jateng untuk memperebutkan image atau citra bersih dan bebas dari korupsi," tambahnya.