Farida Tak Tahu Kalau Suaminya Terlibat Jaringan Teroris Kelompok Jamaah Anshorut Syariah
Farida tak mengetahui jika suaminya, PDP, diduga terlibat teroris jaringan Jamaah Anshorut Syariah (JAS) pecahan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT).
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Pepatah 'dalamnya laut bisa diduga, dalamnya hati siapa yang tahu' mungkin saat ini dirasakan oleh diri Farida, istri terduga teroris PDP asal Tanggulangin, Sidoarjo, yang Sabtu (9/12/2017) ditahan pihak Densus 88 Antiteror.
Farida tak mengetahui jika suaminya, PDP, diduga terlibat teroris jaringan Jamaah Anshorut Syariah (JAS) pecahan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT).
Ketua RT 01 Perum Tanggulangin Asri, Effendi, mengatakan Farida tak mengetahui kegiatan suaminya yang diduga terlibat jaringan teroris.
Hal itu diungkapkan Effendi setelah mendapatkan informasi dari Kapolsek Tanggulangin, Kompol Sirdi, usai pemeriksaan terhadap Farida pasca penangkapan suaminya.
"Dari Polsek mengatakan beliau (Farida) tidak terlibat bahkan tidak tahu apa-apa tentang keanggotaan suaminya sebagai teroris," kata Effendi kepada Surya, Minggu (10/12/2017).
Effendi bahkan menyaksikan sendiri Farida sempat pingsan ketika anggota Densus 88 datang ke rumah Farida untuk melakukan penggeledahan. Karenanya, Farida langsung diperbolehkan pulang usai diperiksa.
"Saya tahu beliau (Farida) sudah pulang kemarin (Sabtu). Namun sekarang saya tidak tahu apakah beliau masih di rumahnya atau tidak," sambungnya.
Saat Surya melihat rumah terduga teroris PDP, pintu rumahnya. Sempat terdengar ada suara dari dalam rumah seperti orang sedang mengobrol, namun tidak terlihat sosoknya.
Atas kejadian ini, Effendi menyatakan akan semakin meningkatkan kewaspadaan di wilayahnya. Pihaknya juga akan sering menggelar pertemuan antar warga agar makin mempererat komunikasi sesama warga.
"Supaya lebih guyub dan menghindari kejadian semacam ini lagi," ujarnya.
Terpisah, Kapolresta Sidoarjo, Kombespol Himawan Bayu Aji, menambahkan pihaknya langsung mengamankan lokasi di sekitar wilayah tempat tinggal PDP terkait adanya kemungkinan jaringan teroris lain.
Selain itu, lanjut Himawan, pihaknya bakal berkoordinasi dengan Densus 88 Antiteror terkait dugaan adanya anggota jaringan teroris lainnya, baik di Tanggulangin maupun wilayah lain.
"Kami juga imbau warga peduli lingkungannya. Jika ada pendatang baru harus dicatat," tandas Himawan.