Hujan Abu dan Pasir, Warga Dukuh Memilih Berdiam Diri di Dalam Rumah
Gunung Agung kembali mengalami gempa yang dibarengi erupsi pada Kamis (11/1/2018).
Editor: Dewi Agustina
Bagi mereka, yang penting gunung tidak sampai mengeluarkan lahar, bebatuan, dan awan panas dari perutnya.
Baca: Sandi Mengaku Dapat Info dari Kadis Pendidikan Gaji Guru di DKI Mencapai Rp 31 Juta
Camat Kubu, I Made Suartana, membenarkan bahwa hujan abu mengguyur sejumlah desa di Kecamatan Kubu.
Yang paling parah di Tulamben, Kecamatan Kubu.
Abu yang turun lumayan tebal. Penyebaran abu cukup luas, hampir mirip dengan hujan abu pada 24 Desember 2017 lalu.
"Informasi yang saya dapat, baru Tulamben dan Dukuh yang diguyur hujan abu. Yang paling tebal di daerah Tulamben bagian atas, seperti Batudawa dan Muntig. Lumayan tebal abu di Tulamben bagian atas," kata Made Suartana.
Suartana menambahkan, penyebaran hujan abu sampai ke jalan utama Amlapura-Singaraja.
Permukaan jalan raya sudah berubah warna menjadi kecokelatan karena tertutup abu vulkanik.
Abu menempel pada kendaraan dan atap rumah warga.
Sejumlah pengendara sepeda motor merasakan hujan abu, yang terasa perih saat mengenai mata.
Menurut Sekretaris Pasemeton Jaga Baya (Pasebaya), I Wayan Suara Arsana, kawasan yang terdampak hujan abu dalam gempa disertai erupsi kemarin melebihi radius 6 kilometer.
Baca: Manuver Rhoma Kandas di MK, Partai Baru Tak Bisa Ajukan Capres
Walaupun dampaknya sampai radius 8 kilometer, Arsana mengungkapkan bahwa warga tak sampai panik dan bertahan di tempat tinggalnya masing-masing.
"Infonya juga di Desa Nawakerti, Kecamatan Abang, tercium bau belerang setelah erupsi. Lumayan menyengat. Karena tak kuat dengan bau itu, sejumlah warga (Nawakerti) terpaksa turun sementara," kata Wayan Suara Arsana.