Kisah Anak Buah Yos Sudarso Selamat dari Maut Berbekal Secuil Papan di Tengah Ombak Laut Aru
Ada sejumlah anak buah Komodor Yos Sudarso yang hingga saat ini masih hidup. Di antaranya Pelda (purn) Andrean dan Pelda (purn) Sukirman.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Ada sejumlah anak buah Komodor Yos Sudarso yang hingga saat ini masih hidup. Di antaranya Pelda (purn) Andrean dan Pelda (purn) Sukirman.
Mereka adalah saksi sejarah pertempuran Laut Aru memperebutkan Irian Barat.
Saat pertempuran itu, mereka adalah anak buah kapal KRI Macan Tutul yang dihantam tembakan Belanda hingga tenggelam.
Dua yang masih sisa itu Senin siang (15/1/2018) diundang KASAL Laksamana TNI Ade Supandi di atas KRI Makassar.
Selain mereka juga hadir istri almarhum beberapa anak buah Komodor Yos Sudarso yang lain.
KASAL memberikan bingkisan dan cinderamata kepada istri almarhum anak buah KRI Macan Tutul dan dua saksi hidup.
"Semangat kepahlawanan harus ditanamkan. Dimensi ancaman dan peperangan saat ini lebih kompleksi. Era cyber juga harus diwaspadai," kata Ade usai tabur bunga.
KASAL Ade melakukan prosesi tabur bunga dalam Hari Bhakti Samudera. Usai tabur bunga bersama pelaku sejarah itu, Pelda Andrean menuturkan kesaksian dan perjuangan KRI Macan Tutul dalam memperebutkan kembali Irian Barat.
"Saat ini tinggal menyisakan saya dan Sukirman teman saya satu ABK KRI Macan Tutul. Sebelumnya kami masih kumpul. Saya masih ingat KRI kami dibombardir tembakan torpedo Belanda," ucap Andrean di hadapan KASAL dan puluhan pejabat lain.
Saat merebut Irian Barat dari penguasaan Belanda pada 1962 itu, puluhan ABK KRI Macan Tutul dipimpin Komodor Yos Sudarso.
Pengakuan Andrean, KRI Macan Tutul berada di tengah antara KRI Harimau dan KRI Macan Kumbang.
"Kapal saya selalu dikejar Belanda. Suasananya malam dan gelap di tengah Laut Aru. Ada pesawat dan kapal Canggih terus mengejar kami. Tiba-tiba langit terang karena tembakan itu," kenang Andrean.
Tembakan terus mengarah ke Macan Tutul. Menurut Andrean pertempuran sangat tidak seimbang. KRI itu hanya bisa menangkis tembakan hingga hancur dan tenggelam.
Saat KRI tinggal keping, Andrean dihadapkan detik-detik menegangkan. Apalagi kapal dipastikan tenggelam.
Antara terjun ke laut atau tidak. Namun, dia memutuskan terjun dan meraih cuilan papan kapal.
"Saya beruntung, ini anugerah saya. Tiga jam saya diombang-ambing ombak. Saya terus peluk papan sisa. Saya tidak tahu saya selamat atau tidak. Tahu-tahu terdampar di pantai," tutur Andrean.
Namun, meski terdampar anak buah Yos Sudarso itu tetap dikejar Belanda. Tiga bulan ditahan dan oleh Palang Merah Internasional dibebaskan. Namun harus melalui Singapura.