Di Gunungkidul, Warga Pukul Kentongan dan Ungsikan Wanita Hamil Saat Gerhana
Masyarakat Gunungkidul memiliki tradisi yang unik dalam menyambut fenomena gerhana bulan atau Super Blue Blood Moon di Kabupaten Gunungkidul.
Editor: Malvyandie Haryadi
![Di Gunungkidul, Warga Pukul Kentongan dan Ungsikan Wanita Hamil Saat Gerhana](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/gerhana-bulan-super-blood-moon-jakarta_20180131_210930.jpg)
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNNEWS.COM, GUNUNGKIDUL - Masyarakat Gunungkidul memiliki tradisi yang unik dalam menyambut fenomena gerhana bulan atau Super Blue Blood Moon di Kabupaten Gunungkidul.
Mereka masih melakukan tradisi 'Klotekan' atau Pukul Kentongan saat gerhana terjadi. Mereka juga menyembunyikan wanita hamil ke bawah tempat tidur.
Baca: Bertengkar Serta Nyaris Adu Jotos antara Bupati Tolitoli dan Wakilnya
Tradisi yang telah dilakukan selama ratusan tahun ini ternyata memiliki mitos di baliknya. Cerita mitos tersebut dikenal oleh masyarakat dengan nama Gugon Tuhon.
Hal tersebut dituturkan oleh salah seorang sesepuh Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Tukijo.
Ia menuturkan, menurut cerita tersebut fenomena gerhana ini berdasarkan cerita mitos adanya 'Buto' atau raksasa yang memakan bulan atau matahari, hingga bulan atau matahari tersebut hilang ditelan raksasa tersebut.
"Masyarakat disini percaya tentang fenomena gerhana matahari dan bulan ialah adanya raksasa yang memakan matahari," ujar Tukijo, Rabu (31/1/2017).
Lelaki yang dikenal dengan nama Mbah Jo itu melanjutkan, warga memukul kentongan atau lesung berkali-kali, untuk menciptakan suara gaduh.
Bebunyian ini dipercayai oleh mereka dapat mengusir raksasa yang menelan bulan atau pun matahari tersebut.
"Masyarakat memukul kentongan, dan lesung. Bunyi-bunyian ini untuk mengusir raksasa yang mengambil bulan," ujarnya.
Diceritakannya, fenomena gerhana ini paling ditakuti oleh masyarakat setempat, karena menimbulkan kegelapan.
Suasana saat gerhana pun mencekam, karena saat itu ada listrik ataupun lampu, warga masih menggunakan cahaya seadanya dari pelita.
Fenomena Gerhana ini juga ditakuti masyarakat membawa dampak yang buruk terhadap bayi dalam kandungan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.